Halaman

Senin, 21 Mei 2012

Tiap Langkah Kita Terdapat Hikmah



assalaamu'alaykum wa rohmatullaah wa barokaatuh
Siang kemarin, ada sebuah ajakan dari seorang shohabat yang sedang berambisi meningkatkan pemahamannya dalam dunia ISLAM. Beliau mengajak ke salah satu rumah shohabat senior, Abu Khonjar. Perjalanan ditempuh beberapa puluh menit, hingga di tengah perjalanan ALLAH memanggil kehadiran jiwa dan raga kami untuk segera menghadapNYA dengan berbagai dosa yang telah kami lakukan sebelumnya untuk mengemis selaksa ampunan dari Sang Penguasa diri yang hina ini.

Abu Khonjar mengajak kami untuk singgah sejenak ke salah satu pondok bermanhaj Salaf untuk sholat 'Ashr di sana. Subhaanallaah, perjalanan baru beberapa meter dari pintu masuk jalan, ana dikagetkan dengan dua sejoli ikhwan dan akhwat yang telah mengikat cinta mereka di jalan Dakwah ini berpapasan dengan kami. Sebagaimana biasa, ana memang punya sifat yang entah dimiliki oleh semua orang atau tidak. Ana punya sifat gugup dan cenderung salah tingkah jika berpapasan dengan akhwat. Perjalanan berlanjut hingga sampai di Masjid lalu kami berwudhu dan sholat.

Sholat pun usai, keluar dari masjid ana merasa begitu kagum dengan sesosok anak kecil yang ana taksir baru berusia kira-kira 10-12 tahun. Subhaanallaah, sungguh luar biasa anak ini, semoga pintu Jannah begitu lebar terbuka dan ALLAH senantiasa menjaganya hingga kiamat tiba. Anak tersebut dengan tanpa segan berlatih untuk mengenakan cadar (niqob). Hati ana pada waktu itu begitu berdecak kagum dan begitu gembira akan hal itu. Semoga ia selalu dijaga oleh ALLAH.

Tak jauh dari situ, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Abu Khonjar. Perjalanan sekitar 7 menit kami tiba di rumah beliau. Sesampainya di sana kami di sapa oleh anak-anak beliau yang begitu menggemaskan. Tak lupa ana cium salah satu di antara mereka yang masih kecil dan terbesit dala benak ana selaksa do'a “semoga ia menjadi seorang mujahid yang menyelamatkan saudara ana di palestina, afghon dan di mana pun yang ditindas oleh kaum kafir”.

Nuansa Islam di keluarga beliau begitu Islami. Mulai dari beliau sendiri yang secara zhohir menjalankan sunnah jenggot dan celana di atas mata kaki, lalu istri beliau yang bercadar dan anak-anak laki-laki beliau yang memakai celana di atas mata kaki pula. Terbesit rasa iri, seandainya keluarga ana di kampung layaknya keluarga beliau. Teringat bagaimana beratnya ketika awal memakai celana tidak isbal, dari mulai ibu ana yang mengatakan ana teroris, lalu diancam dosen tidak boleh ujian hingga dijemur di bawah teriknya mentari.

Keluarga Abu Khonjar menjamu ana dengan shohib ana dengan begitu luar biasa, hanya do'a “Jazakallaahu khoyr” kepada beliau atas jamuannya yang spesial bagi ana.
Perjalanan puun usai dan kami kembali ke rumah sekitar pukul 17.00 WIB. Perjalanan singkat yang luar biasa memiliki kesan yang mendalam dalam benak ana. Semoga kawan-kawan sekalian juga dapat memetik ibroh dari rihlah ana ini.

Semoga bermanfa'at
assalaamu'alaykum wa rohmatullaah wa barokaatuh
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar