Halaman

Jumat, 27 April 2012

BAHAYA GHAZWUL FIKRI



         
“Beberapa kelompok manusia akan memperebutkan kalian seperti halnya orang-orang rakus yang memperebutkan hidangan.”
Empat belas abad lalu, disaat Islam mencapai puncaknya, rasulullah saw telah memprediksikan nasib umat Islam dimasa yang akan datang sebagai tanda nubuwwah beliau. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits:

“Beberapa kelompok manusia akan memperebutkan kalian seperti halnya orang-orang rakus yang memperebutkan hidangan.”
Seorang sahabat bertanya, “Apakah karena kami waktu itu sedikit, ya rasulullah?”
Jawab rasul: “Tidak! Bahkan waktu itu jumlah kalian sangat banyak. Akan tetapi kalian waktu itu seperti buih di lautan. Dan sungguh, rasa takut dan gentar telah hilang dari dada musuh kalian. Dan bercokollah dalam dada kalian penyakit wahn.”
Kemudian sahabat bertanya, “Apakah yang dimaksud dengan penyakit wahn itu ya rasulullah?”
Jawab beliau: “Cinta dunia dan takut mati.”

Latar Belakang
            Ketika cahaya Islam mulai menyebar luas, yang meliputi wilayah Persi, Syiria, Palestina, Mesir, hingga Spanyol di daratan Eropa, kaum Salibis, Yahudi, dan orang-orang Paganis segera membendung laju kebenaran Islam. Mereka khawatir bila cahaya Islam akan menerangi seluruh belahan dunia. Karena alasan tersebut, digelarlah peperangan panjang yang kita kenal dengan nama Perang Salib.
            Selama Perang Salib yang berlangsung delapan periode, tak sekalipun umat Islam dapat dikalahkan. Mereka berpikir keras bagaimana cara mengalahkan umat Islam. Setelah melalui pemikiran yang panjang, akhirnya mereka mengambil kesimpulan sebagaimana dikemukakan oleh Gladstone, salah seorang perdana menteri Inggris, “Selama Al Qur’an ada di tangan umat Islam, tidak mungkin Eropa akan menguasai dunia Timur.”
             Selanjutnya, mereka menyusun langkah-langkah untuk menjauhkan umat Islam dari ajarannya. Dengan metode yang sistematis, mereka memulai melancarkan serangan pemikiran  berupa program-program yang dikemas secara menarik. Tanpa disadari, umat Islam pun mengikuti mereka bahkan menjadi pendukung program-program yang mereka adakan. Perang secara non-fisik (pemikiran) inilah yang dikenal dengan istilah ghazwul fikri.
Hadits Rasulullah SAW yang disabdakan empat belas abad silam itupun akhirnya selaras dengan kondisi umat Islam saat ini. Meski dari segi jumlah umat Islam di Indonesia merupakan mayoritas (85%) dan pertumbuhan umat Islam di dunia internasional cukup pesat, ternyata umat Islam telah menjadi bahan rebutan oleh sekian banyak kepentingan, yang apabila kita kaji lebih jauh ternyata tujuan akhirnya sama, kehancuran umat Islam!

Pihak-pihak yang Memusuhi Umat Islam
Banyak pihak yang memusuhi kaum muslimin. Allah memberikan informasi kepada kita siapa saja musuh-musuh kaum muslimin. Ada beberapa kelompok besar manusia yang dalam perjalanan sejarah selalu mengibarkan bendera permusuhan dan perang terhadap kaum muslimin. Kelompok-kelompok tersebut adalah:
1. Orang-orang Yahudi dan Nashrani
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah rela terhadap kalian, sehingga kalian mengikuti jejak mereka....” (QS. Al Baqarah: 120)
2. Orang-orang musyrik
“Sesungguhnya telah kalian dapati orang-orang yang paling besar permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik....” (QS. Al Maidah: 82)
3. Orang-orang munafik
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang yang ma’ruf dan menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (At Taubah: 67)
            Meskipun mereka (musuh-musuh Islam) nampak berbeda, tetapi sesungguhnnya dalam memerangi kaum muslimin mereka bersatu padu melakukan konspirasi (persekongkolan) berskala internasional. Mereka berusaha menghancurkan umat Islam tanpa mengenal lelah dan berputus asa.
            “Dan tiada henti-hentinya mereka selalu memerangi kalian sehingga kalian murtad dari agama kalian, jika mereka mampu....” (QS. Al Baqarah: 217)
           
Tujuan dan Uslub (metode) Ghazwul fikri
             Dua tujuan aktifitas ghazwul fikri dapat dicapai melalui berbagai uslub dan wasilah serta tahapan-tahapannya. Tujuan dan uslub tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengeliminasi nilai-nilai Islam agar tidak mampu berkembang
a. Tasykik
   Tasykik adalah suatu upaya untuk menciptakan keragu-raguan terhadap Islam. Tujuan pokoknya adalah untuk melahirkan krisis kepercayaan di tengah-tengah kaum muslimin terhadap Islam. Menggunakan gerakan tasykik ini, musuh-musuh Islam berupaya meruntuhkan keyakinan kaum muslimin yang mempercayai bahwa Islam, dengan dasar Al Qur’an dan sunnahnya, adalah dien, pedoman hidup manusia yang kebenarannya bersifat mutlak.
Sasaran tasykik yang pertama ialah keshahihan (validitas) dasar atau sumber hukum Islam. Dalam hal ini, orang-orang kafir, terutama para orientalis tendensius yang terkenal akan kebenciannya kepada Islam, sangat gigih menciptakan keragu-raguan kepada kaum muslimin terhadap kewahyuan Al Qur’an. Kendati tidak pernah didukung dalil dan bukti, mereka terus-menerus melontarkan tuduhan dusta bahwa Al Qur’an adalah ciptaan Muhammad sebagai hasil interpretasi beliau yang salah dengan sumber Taurat, Injil dan Zabur. Selanjutnya, mereka menuduh bahwa isi Al Qur’an, selain tidak rasional dan tidak aplikatif, banyak mengandung ajaran yang saling kontradiktif.
Selain Al Qur’an, sasaran utama tasykik lainnya adalah hadits Rasulullah SAW. Hal ini karena hadits-hadits shahih merupakan dasar kedua setelah Al Qur’an yang kebenarannya secara mutlak telah menjadi keyakinan umum kaum muslimin. Dalam upaya meruntuhkan atau paling tidak menggoncangkan keyakinan ini, orang-orang kafir menyerang habis-habisan al-Hadits yang dikatakan sebagai tradisi kaum muslimin selama tiga abad. Bahkan, mereka menggugat perawi-perawi hadits yang selama berabad-abad diyakini oleh mayoritas kaum muslimin akan ketelitian dan kejujurannya dalam merawikan hadits. Demikian pula sejarah masa lalu, kondisi masa kini, dan prospek masa depan umat Islam tidak luput dijadikan sasaran tasykik yang bertubi-tubi.
Salah satu cara menciptakan keragu-raguan kaum muslimin terhadap agamanya adalah dengan membenturkan kenyataan kehidupan kaum muslimin masa kini dengan konsep dan janji-janji Islam. Misalnya dalam Al Qur’an Allah menjanjikan kebinasaan bagi orang-orang kafir dan kekuasaan bagi orang-orang yang beriman. Namun kenyataannya, kehidupan kaum muslimin paling tidak dalam abad-abad terakhir ini, tetap didominasi oleh kekuatan kufur. Akibatnya, banyak di antara orang Islam yang menjadi ragu terhadap kebenaran janji Allah tersebut.
Sekurang-kurangnya ada dua dampak yang tidak dapat dihindari dari keberhasilan gerakan tasykik kepada kaum muslimin. Pertama, munculnya netralitas sebagian orang Islam dalam masalah keyakinan. Kenetralan seperti ini akan menghilangkan jiwa tamassuk biddin sehingga mereka menganggap semua agama baik. Bahkan mereka yang telah tertasykik dan menjadi netral ini memandang orang-orang yang bertamassuk biddin sebagai fanatik, ekstrem, kolot, ta’ashshub, dan lain sebagainya. Kedua, munculnya keragu-raguan terhadap sebagian atau keseluruhan dari ajaran Islam. Dampak keragu-raguan ini adalah mengimani sebagian isi Al Qur’an dan menolak sebagian yang lain ataupun rela menerima ajaran dan ideologi buatan manusia sebagi pengganti Islam dalam mengatur hidupnya.
b. Tasywih
         Tasywih adalah sebuah upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap Islam dengan cara memberikan gambaran Islam secara buruk. Tujuannya jelas yaitu agar timbul rasa rendah diri (inferiority) yang menyeluruh di kalangan kaum muslimin. Dengan tasywih orang Islam bisa terputus hubungannya dengan Islam, sedangkan orang non-Islam akan tetap terhalang dari pemahaman yang benar terhadap Islam.   
Sebenarnya baik tasykik maupun tasywih adalah bentuk klasik permusuhan orang kafir terhadap Islam. Hanya saja bobot, gaya, dan intensitasnya dewasa ini kemungkinan semakin hebat karena ditunjang oleh berbagai peralatan dan media yang serba modern.
Setidaknya ada dua dampak negatif yang sangat berbahaya bila orang Islam merasa rendah diri terhadap keislamannya. Pertama, ia membenci apa saja yang menjadi miliknya. Kedua, ia akan merasa kagum terhadap milik orang lain, yang berupa agama, ideologi, kebudayaan, bahasa, adat-istiadat, gaya hidup, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, Allah swt berpesan dengan menyatakan bahwa orang-orang mukmin itu tinggi dan memiki kewibawaan serta harga diri, “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu (benar-benar) beriman.” (QS. Ali Imran:139)
c. Tadzwib
Tadzwib adalah upaya lain dari orang-orang kafir untuk mengeliminasi Islam dengan gerakan pelarutan budaya dan pemikiran. Bagi kaum muslimin tujuannya jelas, yaitu agar tak ada lagi jarak pemikiran dan budaya orang muslim dengan pemikiran dan budaya kufur, Sehingga orang muslim tidak tahu lagi mana pemikiran dan budaya Islam dan mana yang bukan, atau minimal sulit untuk memisahkan antara pemikiran dan budaya islami dengan pemikiran dan budaya jahili.
   Kondisi seperti itu mengakibatkan timbulnya akulturasi dalam bentuk menyatunya budaya dan pemikiran islami dengan budaya dan pemikiran yang tidak islami. Proses akulturasi ini bisa memusnahkan budaya asli, karena tercaplok oleh budaya asing, atau sekurang-kurangnya akan menghasilkan sinkretisme dalam skala luas.
d. Taghrib
   Taghrib adalah upaya mengeliminasi Islam dengan mendorong kaum muslimin agar mau menerima pemikiran dan perilaku Barat. Orang-orang kafir berusaha keras mengeringkan nilai-nilai Islam dari jiwa kaum muslimin dan mengisinya dengan nilai-nilai non-Islam sehingga melahirkan perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma agama Islam.
Setidaknya, ada dua fenomena yang muncul pada suatu masyarakat atau bangsa yang terkena taghrib. Pertama, hilangnya nilai-nilai orisinil masyarakat atau bangsa tersebut; dan kedua, munculnya perilaku yang asing (tidak berpijak pada kaidah atau dhawabith yang baku) yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya.
Akibatnya, bermunculanlah manusia-manusia mudzabdzab dan orang-orang yang berperilaku aneh-aneh. Suatu kondisi dimana nilai-nilai orisinil telah hilang dan manusianya juga sudah berperilaku aneh-aneh akan melahirkan anarkisme yang dapat menjerumuskan masyarakat atau bangsa ke dalam lembah kenistaan atau kehinaan.

2. Menghantam Islam dari dalam (dengan memberikan alternatif-alternatif sistem non Islami
             Untuk mencapai tujuan ghazwul fikri ini, uaya-upaya yang dilakukan orang-orangkafir antara lain::
a. Penyebaran faham sekularisme
            Hakikat sekularisme samasekali tidak ada kaitannya dengan sains dan teknologi. Dalam Al Qur’an, orang-orang yang menganut faham sekularisme dalam kehidupan disebut kaum dahriyyin. Allah SWT berfirman:
“Dan mereka berkata, kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada membinasakan kita selain masa. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga.” (QS. Al Jatsiyah: 24)
            Sekularisme berupaya menciptakan suatu kehidupan yang bisa dikendalikan di bawah kekuasaan rasional dan hasil empiris. Karena itu, hal-hal yang bersifat spiritual, dipandangnya serba negatif. Di bidang politik, hukum dan moral, selain berdasarkan prinsip materialisme, sekularisme juga memisahkan agama dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Berkaitan dengan Islam, sekularisme berarti mendepak Islam dari aturan kehidupan dan memojokkannya hanya pada bidang-bidang ritual yang bersifat seremonial.
b. Penyebaran faham nasionalisme
            Nasionalisme adalah faham yang meletakkan bangsa atau nation di atas segala-galanya. Menurut faham nasionalisme, kepentingan bangsa mengatasi semua kepentingan, termasuk kepentingan agama. Menurut faham nasionalisme, masalah kebangsaan  juga menyangkut masalah prinsip, metode dan sekaligus tujuan kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu, dalam bertindak atau berjuang diperlukan prinsip nasionalisme dan mempergunakan metode yang sesuai dengan semangat kebangsaan  untuk kepentingan dan dalam rangka menjunjung tinggi derajat bangsa.
            Akibatnya, bermunculan berbagai kehidupan yang berwarna nasional. Ada kebudayaan nasional, wawasan nasional, hukum nasional, makanan nasional, pendidikan nasional, kerukunan nasional, kepentingan dan tujuan nasional, ideologi nasional, partai nasional, dan lain sebagainya yang secara praktis menggusur identitas keislaman seorang muslim dari seluruh sektor kehidupan. Setiap yang berbau Islam dianggap anasional, bertentangan dengan kepentingan nasional, serta merongrong kewibawaan dan stabilitas nasional. Setiap gerakan Islam patut dimusuhi dan disingkirkan demi menjaga keutuhan nasional.
c. Perubahan politik
            Perubahan politik di negeri-negeri muslim dipergunakan untuk menghantam Islam dari dalam. Perubahan politik ini diarahkan untuk tujuan mengukuhkan pengaruh kolonialisme dan mencabut akar kekuatan kaum muslimin di bidang politik. Secara umum, perubahan politik yang dilancarkan selalu diiringi dengan penyerbuan sistem politik sekuler dan mendepak sistem politik islami.
            Akibatnya iklim politik di dunia Islam dipenuhi dengan gegap gempitanya jargon-jargon politik beracun seperti, “Jangan kotori agama dengan politik. Politik adalah masalah dunia dan agama adalah masalah akhirat. Islam tidak mengatur masalah politik, dan lain sebagainya. Celakanya, jargon-jargon politik yang mencerminkan sistem politik sekuler semacam itu justru dipandang sebagai suatu kebenaran oleh para politisi di dunia Islam. Dan sebaliknya, sistem politik Islam dipandang sebagai suatu kejahatan.
d. Perubahan sosial
            Pada mulanya ambisi penyerbuan orang-orang kafir itu bertujuan memasukkan orang muslim ke dalam agama mereka. Tetapi ketika mereka mengalami kesulitan dalam mewujudkan ambisi tersebut, mereka mulai mengkonsentrasikan gerakannya pada upaya mengeluarkan kaum muslimin dari Islam. Ternyata tujuan inipun tidak berhasil seperti harapan mereka. Akhirnya, dengan segala tipu daya dan sarana, mereka berupaya keras menjauhkan orang Islam dari agamanya.
            Untuk tujuan tersebut, mereka menggunakan cara terselubung yang sulit diketahui tujuan sebenarnya, kecuali oleh mereka yang dirahmati Allah swt. Salah satu diantaranya ialah melancarkan perubahan sosial di dunia Islam, dengan dalih modernisasi, pengembangan sosial, pembudayaan, dan semacamnya. Pertama-pertama, mereka merontokkan institusi rumah tangga sebagai unit terkecil dari masyarakat Islam. Selanjutnya, mereka merontokkan dan mengubah sistem hubungan pria-wanita, sistem pernikahan, sistem keluarga dan pendidikan anak, bahkan sistem kerja. Hasilnya, wajah sebuah keluarga islamipun berubah menjadi keluarga yang jauh dari nilai-nilai Islam. Perubahan ini jelas berpengaruh luas terhadap wajah suatu masyarakat.



KEKUATAN ISLAM
Suatu ketika di Perang Salib, seorang petinggi kaurn Palangis (pasukan Kristen) tertangkap oleh pejuang‑pejuang penegak agama Allah dan ditawan. Sang petinggi ini diperlakukan sangat baik selama ditawan. Ada satu hal yang membuatnya berpikir. Setiap malam ia memperhatikan sang penjaga berlinangan air mata saat membaca kitab sucinya. la tak habis pikir bagaimana seorang yang begitu perkasa di siang hari di medan ternpur dapat menangis sedemikian rupa di malam hari ketika mernbaca Al Quran. Akhirnya ia sampai kepada suatu kesimpulan bahwa disitulah letak kekuatan ka um muslimin. Selama beberapa pertempuran fisik mereka tidak berhasil mengalahkan kaurn muslimin, ternyata ado suatu sumber kekuatan yang Maha dahsyat yang memberikan motivasi yang begitu kuat bagi kaum muslimin. la lalu mengirim surat kepada pasukannya yang mengabarkan bahwa jika ingin mengalahkan kaum muslimin tidak dapat secara fisik tetapi mereka harus dijauhkan terlebih dahulu dari kitab sucinya. Dan memang kemenangan mereka setelah umat Islam mulai jauh dari Al Quran.
Sementara itu tujuh abad kemudian, Samuel Zuaimir ketua Asosiasi Agen Yahudi pada sebuah konferensi di Yerussalem dalam pidatonya mengatakan " Tujuan misi yang telah diperjuangkan bangsa Yahudi dengan mengirim saudara ke negara‑negara Islam, bukanlah mengharapkan kaum muslimin beralih ke agama Yahudi, tetapi tugasmu adalah mengeluarkan mereka dari Islam dan tidak berpikir mempertahankan agama Allah atau berdialog dengan‑Nya."
Selain itu pada tahun 1933, dalam suatu konferensi misionaris di Al Quds, Zweimer, berkata, "Sesungguhnya tugas kalian ialah mengeluarkan Kaum muslimin dari agamanya supaya dia menjadi seorang makhluk yang tidak ada hubungannya dengan Allah. Dengan sendirinya dia akan menjadi seorang yang tidak merasa terikat dengan ahklak yang selama ini menjadi landasan hidup semua umat. Karena itu, kalian kami tugaskan untuk mengeluarkan si muslim dari Islam. Dengan sendirinya generasi muslim berikutnya akan sesuai dengan apa yang dikehendaki kaum penjajah, tidak mengindahkan masalah‑masalah besar, senang bersantai‑santai, dan tertarik kepada dunia serta hidup dalam pemuasan nafsu dan pada akhirnya mereka rela mengorbankan miliknya yang paling berharga."
Zweimer selanjutnya berkata, "Sejak tahun 1882 politik penjajah telah menguasai kurikulum pengajaran di sekolah‑sekolah dasar dengan menghapus pengajaran Al Quran dan sejarah Islam. Dengan demikian ia telah menciptakan suatu generasi yang bukan muslim, bukan Nasrani, dan bukan Yahudi, yakni generasi yang labil, materialistis, tidak percaya akidah, tidak tahu kewajibannya kepada agama, dan tidak memuliakan tanah airnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar