Halaman

Jumat, 27 April 2012

PROBLEMATIKA UMAT

Pada suatu hari lbnu Hajar Al Asqalani ‑beliau adalah Kepala Hakim di Mesir ketika itu‑ mengadakan perjalanan dengan memakai pakaian kebesaran. Dalam perjalanan, beliau berjumpa dengan seorang laki‑laki Yahudi yang berpakaian compang‑camping. Tiba‑tiba si Yahudi itu berseru, "Berhenti dulu!" Maka Hajar pun menghentikan langkahnya.
Tak lama kernudian si Yahudi itu mengajukan pertanyaan kepada lbnu Hajar, "Bagaimana Tuan menjelaskan sabda nabi Tuan yang menyatakan bahwa dunia ini penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi seorang kafir, sementara Tuan bisa lihat sendiri bahwa aku berpakaian compang‑camping padahal aku ini orang kafir, dan Tuan sendiri hidup senang dan mewah padahal Tuan orang beriman. "
Maka lbnu Hajar menjawab, "Engkau, dalam keadaan sengsara seperti ini seolah‑olah berada dalam surga bila dibandingkan dengan keadaanmu disiksa dengan siksaan yang pedih di akhirat nanti, jika Engkau mati nanti dalam keadaan kafir. Sedangkan aku, dalam keadaan mewah seperti ini ‑jika di akhirat nanti Allah masukkan aku ke dalam surga­maka kesenangan duniawi yang aku rasakan ini seolah‑olah merupakan penjara bila dibandingkan dengan kenikmatan yang menanti‑nantiku di dalam surga."
Mendengar penjelasan Ibnu Hajar seperti itu, spontan saja si Yahudi itu bertanya, "Apakah benar demikian halnya?" Ibnu Hajar menjawab, "Ya, benar." Maka si Yahudi itu pun mengucapkan, "Aku bersaksi bahwasannya Ilah (Tuhan) itu hanya Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu rasul (utusan ) Allah."

POTENSI DAN KEKAYAAN UMAT ISLAM

“Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara. Kalian tak akan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitabullah dan sunnah rasul‑Nva." (Al Hadits)
Sesungguhnya umat Islam memiliki potensi besar yang pada umumnya tidak dimiliki oleh sistem lain yang ada. Potensi­ pertama tersebut di antaranya adalah potensi syariah/peraturan yang lengkap, mencakup seluruh aspek kehidupan. Syariah ini tertuang dalam Al Quran dan As Sunnah.
Allah telah menjelaskan dalam firman‑Nya bahwa Al Quran adalah hudan (petunjuk) bagi hamba‑hambanya yang bertaqwa (QS. 2:2), bahkan untuk seluruh umat manusia (QS. 2:185).
Maka Allah pula yang menjaga kemurnian dan kea‑slian Al Quran dari waktu ke waktu. Berbeda. dengan kitab‑kitab suci lain yang telah mengalami kontaminasi oleh sentuhan tangan manusia sehingga sebagian isinya tidak asli lagi, Al Quran yang kita lihat saat ini adalah sama persis dengan ketika wahyu itu diterima oleh Rasulullah saw. Firman Allah:
"Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkon A] Qurun, dan sesungguhnya Kami benar‑benar memeliharanya." (Q.S. 15:9)

Potensi kedua yang dimiliki umat Islam adalah karunia Allah berupa kekayaan alam yang hampir sebagian besar (65%) berada di negeri‑negeri Muslim. Tugas umat Islam pulalah untuk mengoptimalkan pemanfaatannya bagi kemaslahatan umat manusia dan alam semesta. Tentu saja hal ini membutuhkan perangkat teknologi dan keunggulan sumber daya manusia. Cadangan minyak bumi pun sebanyak 65% berada di negeri‑negeri Muslim,
Selain itu umat Islam memiliki potensi dalam jumlah jiwanya. Sebagian besar penduduk dunia adalah Muslim. Tantangan bagi kita tentu saja umat Islam tidak hanya unggul dari segi kuantitas, namun terlebih penting lagi adalah kualitasnya.
Umat Islam juga telah mendapatkan jaminan kemenangan dari Allah Swt. sebagaimana firman‑Nya:
"Dialah yang mengutus rasul‑Nya dengan membawa petunjuk
dan agama ‑ vang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama, meskipun orang‑orang musyrik benci." (Q.S. 61:9)
Pertolongan Allah pun amat dekat bagi orang‑orang yang beriman (QS.2:214), namun tentu saja semua itu kembali kepada kita. Allah pasti akan memberikan kemenangan itu bila memang kita telah layak/pantas untuk memperolehnya.
Termasuk salah satu potensi yang dimiliki umat Islam adalah seiarah Islam yang penuh dengan kejayaan, yaitu sejak masa Rasulullah bersama para sahabat, sampai berabad‑abad setelahnva. Hal ini seharusnya membangkiLkan optimisme pada diri kita. Apa yang dahulu mereka miliki, yaitu Al Quran dan sunah Rasulullah, masih kita miliki sampai sekarang. Namun sudahkah kita memiliki kedalaman pemahaman yang sama dengan mereka?

FAKTOR‑FAKTOR KEMUNDURAN UMAT ISLAM
Kemunduran yang saal ini terjadi pada umat Islam tentu ada penyebabnya. Faktor‑faktor penyebab ini pada dasarnya dapat dibedakan atas faktor internal (dari dalam tubuh umat Islam sendiri) dan faktor eksternal (dari luar umat Islam).
Faktor internal di antaranya adalah:
1.     Jauhnya umat Islam dari Al Quran dan As Sunnah.
Dalam Q.S. 25:30 Allah berfirman:
"Berkatalah Rasul: Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran ini suatu vang tidak diacuhkan."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimakumullah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang‑orang yang mengacuhkan Al Quran ini ada 3 kemungkinan:
  • Ia tidak membaca Al Quran.
Seorang muslim yang tidak membaca Al Quran padahal ia bisa membacanya dan jika ia tidak bisa membaca Al Quran lantas ia tidak berusaha untuk menjadi bisa, maka ia termasuk ke dalam golongan orang‑orang yang acuh terhadap Al Quran.
  • Ia membaca Al Quran namun tidak menadabburinya.
Seorang muslim yang membaca Al Quran seharusnya mengalami peningkatan keimanan, yaitu bila ia tidak asal membaca saja. Firman Allah:
"Sesungguhnya orang‑orangyang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat‑ayat‑Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (Q.S. 8:2)
  • la membaca dan menadabburi Al Quran namun tidak mengamalkannya.Seorang muslim baru dikatakan benar keimanannya terhadap Al Quran bila ia membacanya secara kontinyu, mentadabburinya sehingga bertambah pemahaman dan kevakinannya akan kebenaran Al Quran dan mengamalkan dengan sekuat tenaga apa‑apa yang telah dibacanya. Salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah akibat mereka mempelajari Islam hanya karena mereka mengikuti sehingga pemahaman yang ada pun sekedar pernahaman ikut-ikutan(taqlid buta), bukan pemahaman yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Padahal firman Allah:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya." (QS. 17:36)

2.     Terpecah-belahnya umat Islam 
      Umat Islam terpecah belah karena ada perbedaan masalah furu' (cabang) seperti masalah fiqh madzhab, masalah jama'ah dan sebagainya, sampai merusak hubungan ukhuwah Islamiyah.Tentu saja umat yang terpecah belah akan lebih mudah dikalahkan oleh musuhmusuh Islam. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk memperkuat kesatuan hati dan tali ukhuwah. Firman Allah: "dan yang mempersatukan hati mereka (orang‑orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksona." (Q.S. 8:63)

3.     Adanya perasaan rendah diri dan tidak tsiqoh (percaya) pada umat Islam.
Di antara umat Islam saat ini banyak yang tidak memiliki izzah Islam, merasa enggan untuk menunjukkan identitas keIslamannya. Perasaan ini timbul karena melihat kondisi faktual umat yang saat ini cenderung berada "di bawah". Padahal perasaan semacam ini tidak boleh menghinggapi seorang muslim, karena kondisi umat saat ini justru disebabkan karena umat Islam jauh dari pemahaman Islam yamg benar. Bila kita belajar dari sejarah, maka akan tampak bahwa masa-masa kegemilangan umat Islam terjadi pada masa di mana mereka benar‑benar menegakkan bangunan Islam pada dirinya dan masyarakat. Ketika itu Islam tampil sebagai peradaban, Tidak ada yang menutupi cahayanya, sesuai dengan sabda Rasulullah: "Al Islamu ya'lu wa laa yu'la 'alaihi." (Islam itu tinggi dan tidak ada yang menandingi ketinggiannya). Izzah Islam harus bangkit pada diri tiap‑tiap umat Islam, karena orang yang paling tinggi derajatnya di muka bumi ini sesungguhnya adalah orang‑orang yang beriman. Firman Allah:
"Janganlah kamu bersikap, lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang‑orang yang paling tinggi (derajatkya), jika kamu orang‑orang yang beriman." (QS. 3:139)

4.     Adanya gejala taqfid dengan semua yang datang dari kaum 
       Ketika seorang muslim tak lagi memiliki izzah dengan keIslamannya, maka mudah saja baginya untuk berkiblat pada sesuatu yang lain, yang datang dari luar Islam atau orang kafir sekalipun.

5.     Tertinggal dalam i1mu pengetahuan dan teknologi.
Padahal Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Bahkan Allah swt. mengangkat derajat orang‑orang yang berilmu dalam firman‑Nya QS. 58:11. Rasulullah saw. bersabda:
"Keutamaan seorang'alim (ahli ilmu) atas seorang'abid (ahli ibadah) seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah derajatnya." (H.R. At Tirmidzi) "Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga...." (HR. Muslim, Ibnu Hibban dan Al Hakim) Islam telah pula melahirkan para ilmuwan besar dalam sejarah, seperti Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Rusyd (Averroes), Al Khawarizmi dan lain‑lain.
Disamping faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang menjadi sebab mundurnya umat Islam, yaitu adanya ghazwul fikri (perang pemikiran) dan harakatul irtidad (gerakan pemurtadan) dari musuh‑musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Mahabenar Allah dengan firman‑Nya:
"Orang‑orang Yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka..." (Q.S. 2:120)

Solusi apakah yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan problematika umat Islam saat ini? Diantaranya adalah:
  • Umat Islam harus menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
  • Mendidik generasi Islam dengan manhaj pendidikan yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh).
  • Menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh (QS. 8:60).
  • Dengan perjuangan dan pengorbanan total.

Referensi:
-          Abu Ridha, Mengenal Ghazwul Fikri: Assaduddin Press, 1990, Jakarta
-          Irwan Prayitno, Kepribadian Da’i : Problematika Umat, Pustaka Tarbiatuna,2002,  Bekasi
-          Dr. Yusuf Qardhawi, Umat Islam Abad 21 : Al Kautsar, 1990, Jakarta
-          Said Hawwa, Al Islam, Al Ishlahy Press, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar