liktor habrianto

Halaman

  • Beranda
  • Eramuslim
  • Wahdah
  • Arrisalah
  • voa-islam

Jumat, 09 November 2012

KONSEP CEMAS, STRESS DAN ADAPTASI (Konsep Dasar Keperawatan)

Empat tingkatan rasa cemas/gangguan perasaan (anxiety) pada manusia
1. Rasa cemas ringan
2. Rasa cemas sedang
3. Rasa cemas berat
4. Panik
Rasa cemas (anxiety) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif.
Penyebab rasa cemas dapat dikelompokkan pula menjadi tiga faktor, yaitu :
a. Faktor biologis/fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan.
b. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan orang/benda yang dicintai, perubahan status sosial/ekonomi.
c. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada perkembangan masa bayi, anak, remaja.
Gejala-gejala kecemasan
ditandai pada tiga aspek :
a. Aspek biologis/fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tarikan nafas menjadi pendek dan cepat, berkeringat dingin, termasuk di telapak tangan, nafsu makan hilang, mual/muntah, sering buang air kecil, nyeri kepala, tak bisa tidur, mengeluh, pembesaran pupil dan gangguan pencernaan.
b. Aspek intelektual/kognitif; seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan perhatian dan keinginan, tidak bereaksi terhadap rangsangan lingkungan, penurunan produktivitas, pelupa, orientasi lebih ke masa lampau daripada masa kini/masa depan.
c. Aspek emosional dan perilaku; seperti penarikan diri, depresi, mudah tersinggung, mudah menangis, mudah marah dan apatisme.
Pembagian rasa cemas
1. Rasa cemas ringan: berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi sehari-hari.
Keadaan ini akan meningkatkan persepsi individu, yang mengakibatkan orang akan berhati-hati/waspada dan mendorong manusia untuk belajar serta kreatif.
2. Rasa cemas sedang: lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih memfokuskan hal yang penting saat itu saja dan mengesampingkan hal lainnya.
3. Rasa cemas berat: lapangan persepsi sangat menurun.
Orang hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lainnya.
Individu tak mampu berpikir lagi, dia sudah harus diberi pertolongan/tuntunan.
4. Panik: lapangan persepsi sudah sangat sempit. Individu tidak dapat mengendalikan diri lagi.
Bila manusia salah orientasi; ketika menghadapi masalah pelik; rasa dan periksa tidak berfungsi;
Disebut orang sedang panik.
STRESS ADAPTASI
STRESS
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari à perubahan yang memerlukan penyesuaian Sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta Perubahan positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta
JENIS STRESS
Stress fisik
Stress kimiawi
Stress mikrobiologis
Stress fisiologis
Stress proses tumbuh kembang
Stress psikologis atau emosional
Pengalaman stress dapat bersumber dari :Lingkungan, Diri dan tubuh Pikiran
Reaksi Psikologis terhadap stress
a. Kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur
b. Kemarahan dan agresi Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang
c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih
RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
1. Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
1. respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
2. respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3. respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4. respon bersifat restorative.
Mungkin anda bertanya, “ apa saja yang termasuk ke dalam LAS ?”. sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
a. Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
• fase pertama :
adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
• Fase kedua :
pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
• Fase ketiga :
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
Bagaimana dengan GAS. Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
2. General Adaptation Syndrom (GAS)
a. Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun
Fase alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun àtau normal
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.
KONSEP ADAPTASI
Faktor penting yang mempengaruhi tingkah
laku manusia :
1. Kebutuhan
Kebutuhan badaniah
Kebutuhan psikologis
2. Dorongan
Menjamin agar manusia berusaha
memenuhi kebutuhannya.
Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam fisik atau psikologisnya
Peristiwanya di sebut stressor
Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
DIMENSI ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
ADAPTASI FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
1. Kenaikan tekanan darah
2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
3. Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
4. Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
5. Postur tubuh yang tidak tegap
6. Keletihan
7. Sakit kepala
8. Gangguan lambung
9. Suara yang bernada tinggi
10. Mual,muntah dan diare.
11. Perubahan nafsu makan
12. Perubahan berat badan
13. Perubahan frekwensi berkemih
14. Dilatasi pupil
15. Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
ADAPTASI PSIKOLOGIS
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
ü Ansietas
ü Depresi
ü Kepenatan
ü Peningkatan penggunaan bahan kimia
ü Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
ü Kelelahan mental
ü Perasaan tidak adekuat
ü Kehilangan harga diri
ü Peningkatan kepekaan
ü Kehilangan motivasi.
ü Ledakan emosional dan menangis.
ü Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
ü Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
ü Mudah lupa dan pikiran buntu
ü Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
ü Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
ü Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
ü Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
ü Letargi
ü Kehilangan minat
ü Rentan terhadap kecelakaan.
ADAPTASI PERKEMBANGAN
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
MANAJEMEN STRESS
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.
MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN
—REGULER EXERCISE
—DIET DAN NUTRISI
—SUPPORT SISTEM
—TIME MANAGEMENT
—HUMOR
—ISTIRAHAT
—TEHNIK RELAKSASI
—SPIRITUALITAS
Cara Penyesuaian Diri
Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenal sebagai Homeostasis yaitu usaha organisme yang terus menerus melakukan pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai. Stress dapat terjadi pada bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ).
Misalnya : bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme penyesuaian somatik, terjadi reaksi :
•Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun
•Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman
•Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya
Usaha tubuh untuk mencapai keseimbangan kembali
Berorientasi pada tugas : Bertujuan menghadapi stressor secara sadar, realistik, objektif, rasional
Pembelaan ego
Melindungi individu dari kecemasan
Meringankan penderitaan bila mengalami suatu kegagalan
Menjaga harga diri
Misalnya : seseorang yang menghadapi kegagalan è kemungkinan bereaksi :
• penyesuaian diri berupa serangan (bekerja lebih keras) atau menghadapi secara terang-terangan
• menarik diri dan tidak mau tau lagi (tidak berusaha)
• kompromi atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah
Reaksi tersebut menunjukkan langkah-langkah :
a.Mempelajari dan menentukan persoalan
b.Menyusun alternatif penyelesaian
c.Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan besar akan berhasil
d.Bertindak
e.Menilai hasil tindakan dan dapat mengambil langkah yang lain bila kurang memuaskan
Mekanisme Pembelaan EGO
Bila digunakan terus menerus akibatnya ego bukannya mendapat perlindungan, melainkan lama kelamaan akan mendapat ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini Tidak realistik Mengandung banyak unsur penipuan diri sendiri Distorsi realitas pemutarbalikan realitas)
Mekanisme Pembelaan EGO
1.IDENTIFIKASI
Ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi tertentu dari figure itu ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia merasa harga dirinya bertambah tinggi.
Contoh : Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanya yang ia kagumi.
2. INTROJEKSI
Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-norma dari luar diikuti atau ditaati, sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar. Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
3. PROJEKSI
Hal ini berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang lain atas kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan keinginan, impuls-impuls sendiri.
Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya
4. REPRESI
Penyingkiran unsur psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga menjadi nirsadar dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi membantu individu mengontrol impuls-impuls berbahaya.Contoh :Suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan
5. REGRESI
Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitif).
Contoh : Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang adiknya dilahirkan.
Esvi yang berumur 4 tahun mulai mengompol lagi sejak adiknya yang baru lahir dibawa pulang dari rumah sakit
6. REACTION FORMATION
Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrim dan sukar diterima.
Misalnya :
Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
7. UNDOING
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih sayang
8. DISPLACEMENT
Mengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari sumber yang sebenarnya (benda, orang, keadaan) kepada orang lain, benda atau keadaan lain.
Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah-marah pada adik-adiknya
9. SUBLIMASI
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat
10. ACTING OUT
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginan terhalang.
Misalnya :
Mengatasi problem dengan jalan paling sedikit bertengkar
11. DENIAL
Menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak.
Misalnya :
Seorang gadis yang telah putus dengan pacarnya, menghindarkan diri dari pembicaraan mengenai pacar, perkawinan atau kebahagiaan
12. KOMPENSASI
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya atau kelebihannya.
Misalnya :
Saddam yang merasa fisiknya pendek sebagai sesuatu yang negatif, berusaha dalam hal menonjolkan prestasi pendidikannya
13. RASIONALISASI
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya.
Misalnya :
Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang tuanya mengapa nilai semesternya buruk.
14. FIKSASI
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran, dsb) sehingga perkembangan selanjutnya terhambat.
Misalnya :
Seorang gadis yang tetap berbicara kekanak-kanakan atau seseorang yang tidak dapat mandiri dan selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya dan orang lain.
15. SIMBOLISASI
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti suatu keadaan atau hal yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kegelisahannya/kecemasannya. Setelah ditelusuri, ternyata ia pernah melakukan masturbasi sehingga perasaan berdosa/cemas dan merasa kotor
16. DISOSIASI
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran /identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali)
17. KONVERSI
Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani.
Misalnya :
Seorang mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba merasa sakit sehingga tidak masuk kuliah

Diposting oleh MUJAHID ALOR di 21.50 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Minggu, 21 Oktober 2012

ASKEP KECEMASAN

A.   Pengertian
Kecemasan atau anxiety adalah suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang melakukan tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan berkaitan dengan perasaan tidak pasti /tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Ganggguan panik dialami lebih kurang 1,7% dari populasi orang dewasa. Angka kejadian sepanjang hidup gangguan panik dilaporkan 1,5% sampai 5%, sedangkan serangan panik sebanyak 3% sampai 5,6%. Gangguan panik sering berlansung menahun, sangat bervariasi pada tiap individu. Dalam jangka panjang, 30% - 40% penderita tidak lagi mengalami serangan panik, 50% mengalami gejala ringan sehingga tidak mempengaruhi kehidupannya, sedangkan sisanya masih mengalami gejala yang bermakna (Elvira, 2008).
B.    Etiologi
Hingga saat ini ada 3 pemikiran yang bisa menjelaskan penyebab dari serangan kecemasan yang dialami seseorang, yaitu:
1. Biologis
Semua manusia memiliki kode ketakutan di dalam gennya, jadi setiap orang sebenarnya memiliki potensi untuk mengalami kecemasan. Tapi kondisi ini bisa sangat mempengaruhi seseorang tapi tidak dengan orang lain. Hal ini kemungkinan turut dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa kimia di dalam otak yang membuat kecemasan atau ketakutan menjadi abnormal.
2. Perilaku
Pola-pola perilaku tertentu mengajarkan seseorang bertindak dengan cara berbeda. Misalnya jika sejak kecil seringkali diterapkan perilaku main sendiri atau tidak terlalu bersosialisasi, maka kondisi ini bisa terbawa hingga dewasa yang membuatnya menjadi takut atau cemas untuk berhadapan dengan orang lain.

3. Psikodinamik
Teori psikodinamik berpendapat bahwa beberapa ketakuran berakar dari trauma atau kekerasan di masa kecil seperti pernah diejek atau dipermalukan. Ketakutan ini bisa dilupakan tapi dapat muncul kembali di kemudian hari.
C.   Tanda dan gejala kecemasan
Gejala-gejala kecemasan  ditandai pada tiga aspek :
1.  Aspek biologis/fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tarikan nafas menjadi pendek dan cepat, berkeringat dingin, termasuk di telapak tangan, nafsu makan hilang, mual/muntah, sering buang air kecil, nyeri kepala, tak bisa tidur, mengeluh, pembesaran pupil dan gangguan pencernaan.
2.  Aspek intelektual/kognitif; seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan perhatian dan keinginan, tidak bereaksi terhadap rangsangan lingkungan, penurunan produktivitas, pelupa, orientasi lebih ke masa lampau daripada masa kini/masa depan.
3. Aspek emosional dan perilaku; seperti penarikan diri, depresi, mudah tersinggung, mudah menangis, mudah marah dan apatisme.
D. Rentang Respon
Respon adaptif respon maladaptive
 
Antisipasi ringan sedang berat panik
E.   Proses Terjadinya
Ada reseptor di otak yang menerima neurotransmiter asam gamma-aminobutyric (GABA). Ketika GABA ditransmisikan ke reseptor, neuron diperintahkan untuk berhenti menembak. Generalized Anxiety Disorder ( gangguan kecemasan) terjadi ketika GABA tidak dapat mengikat secara akurat ke sel reseptor, atau ketika ada terlalu sedikit reseptor GABA. Tanpa jumlah yang tepat dari penerimaan GABA, neuron berlebihan akan, menyebabkan orang untuk tidak menerima pesan cukup untuk "berhenti". Hasilnya adalah orang itu terus-menerus tegang, menjadi terlalu cemas dan gelisah. seanjutnya akan memicu peningkatan saraf simpatis yang akan menimbulkan berbagai gejala yang telah disebutkan diatas.

F.    Mekanisme koping
Ketika mengalami ansietas,individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya,dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara kontruktif merupakan penyebab utama terjadinya prilaku patologis,yang mengancam ego. Dimana individu menggunakan energi yang lebih besar untuk mengatasi ancaman tersebut.
Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan untuk mengatasi ansietas:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas(task oriented reaction)
Pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman  stressor yang ada secara realistis,yaitu
a. Perilaku menyerang(agresif) :Biasanya digunakan individu untuk mengatasi  rintangan agar memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis
c. Perilaku kompromi
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme pertahanan ego (ego oriented reaction)
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :

a. Kompensasi
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
b. Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
c. Pemindahan(displacemen)
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
d. Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
e. Identifikasi(identification)
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
f. Intelektualisasi(intelektualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
g. Introjeksi(intrijection)
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar(pembentukan superego)
h. Fiksasi
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu(emosi atau tingkah laku atau pikiran)sehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
i. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi
j. Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
k. Reaksi foemasi
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
l. Regressi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu(tingkah laku yang primitif),contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah,merusak,melempar barang,meraung,dst.
m. Represi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran,impuls,atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan,merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
n. Acting out
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang
o. Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
p. Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
q. Undoing
Tindakan/prilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/prilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
G. Data Yang Perlu Dikaji
      a. Faktor predisposisi ( penyebab cemas menurut beberapa teori) :
Menurut teori psikoanalisa
         Kecemasan disebabkan oleh karena ego tidak dapat menengahi 2 elemen ( id - Superego ) yang bertentangan, tibulnya konflik dikarenakan 2 elemen kepribadian antara id dan superego bertentangan.
Teori Interpersonal
        Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan. Cemas berhubungan dengan pengalaman masa lalu seperti perpisahan, kelemahan fisik.
Teori Perilaku
        Kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari /mengurangi kepedihan.
Teori eksistensial
               Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi dan arti. Konsep inti teori eksistensi adalah bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol didalam dirinya.
Teori Biologi
              Dalam tubuh manusia ada zat kimiawi yang disebut neurotransmiter yang fungsinya sebagai reseptor seperti: (katekolamin, sirotonin, Asetilkolin, Gamma Amino Buteric Acid). Pada orang cemas terjadi peningkatan dopamin, nor-adrenalin serta sirotonin.

b. Faktor presipitasi ( stresor pencetus
           1).  Ancaman terhadap integritas ( ketidakamampuan fisiologi).
                 2).  Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang membahayakan identitas  seperti fungsi sosial, harga diri
c. Perilaku
                    Cemas dapat diekspresikan secara langsung seperti perubahan fisiologis tubuh dan perilaku itu sendiri, atau dalam kondisi tak langsung seperti mekanisme koping.


d. Mekanisme Koping
                    Ketidakmampuan mengatasi stres secara konstruksi menyebabkan terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi cemas apabila cemas itu sudah berat / menghebat. Cemas ringan sering di atasi tanpa pemikira. Dua jenis mekanisme koping : Orientasi tugas dan orientasi ego
H.   Masalah Keperawatan
1. Pola pernafasan in-efekif
2. Koping individu, in-efektif
3. Kerusakan komunikasi verbal
4. Ansietas
5. Ketidakberdayaan
6. Ketakutan 
I. Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal
Koping individu in-efektif
Ansietas
Ketidakberdayaan pola pernafasan in-efektif
Ketakutan


J.    Diagnosa Keperawatan
a. Cemas Berat/panic
Tujuan yang diharapakan :
   - Klien terlindung dari bahaya
   - Klien dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya
  - Klien dapat mengikuti aktifitas yang telah dijadwalkan
  - Klien dapat mengalami kesembuhan dengan berkurangnya tanda gejala
b. Rencana tindakan keperawatan
     1. Lindungi klien dari bahaya
         - Bina hubungan terapeutik : terima terlebih dahulu kehendaknya dan beri        dukungan klien dari pada melawan Kenalkan realitas nyeri yang berhubungan dengan mekanisme koping Jangan fokuskan pada fobia, ritual atau keluhan fisik.
        - Beri umpan balik tentang : perilaku stress, penilaian stresor dan sumber koping
Perkuat ide bahwa kesehatan fisik Berhubungan dengan kesehatan emosi
Kemudian mulailah membuat batasan perilaku mal-adaptif klien dengan cara mendukung
        2. Modifikasi lingkungan yang dapat mengurangi
kecemasan
           - Lakukan cara yang tenang kepada klien
- Kurangi stimulasi lingkungan
           - Batasi interaksi pasien dengan orang lain, untuk meminimalkan menularnya  cemas pada orang lain.
           - Identifikasi dan modifikasi situasi yang mempengaruhi kecemasan
           - Berikan tindakan yang dapat mendukung fisik, seperti; mandi hangat, massage.
        3. Dorong klien melakukan aktifitas yang telah dijadwalkan
- Dukung klien untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti membersihkan ruangan, merawat taman selanjutnya berikan penguatan perilaku produktif secara social
- Berikan beberapa jenis latihan fisik seperti; senam, relaksasi.
- Bersama-sama klien untuk membuat jadwal kegiatan
- Libatkan keluarga atau sistem pendukung lainnya yang memungkinkan
        4. Kolaborasi pemberian obat-obat anti ansietas untuk menurunkan gejal-gejala a. cemas berat
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas,
Amati efek samping obat
b. Cemas tingkat sedang
     1) Tujuan Umum
         - Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas
         - Klien dapat mengenali penyebab cemas
         - Klien dapat menguraikan respon koping adaptif dan mal-adaptif
         - Klien dapat melaksanakan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas
K. Rencana Tindakan Keperawatan
      1. Identifikasi perasaan cemas
- Bina hubungan saling percaya
- Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
- Monitor adakah kesesuaian perilaku dengan perasaan
- Validasi pasien tentang perasaan cemasnya semua perubahan dari asumsi yang ada
- Gunakan pertanyaan terbuka , kaitkan perilaku klien dengan perasaan klien
- Lakukan konfrontasi suportif secara bijaksana. (jika perlu)
      2. Kenali penyebab kecemasan klien
- Bantu klien untuk menggambarkan situasi dan interaksi yang mendahului cemas
- Tinjau penilaian klien terhadap; stresor; nilai-nilai yang terancam; timbulnya konflik
- Hubungkan pengalaman klien sekarang dengan masa lalu
         3. Dorong klien untuk menguraikan cara koping adaptif
- Gali bagaimana klien mengatasi cemas dimasa lalu dan bagaimana tindakan yang dilakukan
- Tunjukan efek distruktif dari koping mal-adaptif
- Dorong klien untuk melakukan koping adaptif yang efektif
- Beri tanggung jawab klien
- Bantu klien menilai kembali : nilai, sifat dan arti stressor
- Diskusikan dengan klien manfaat manfaat berhubungan dan akibat kita tidak   berhubungan
         4. Bantu klien melakukan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas
- Bantu klien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali : pikiran positif; perilaku adaptif, penggunaan sumber-sumer koping, dan menguji respon koping yang baru
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas fisik dalam menyalurkan energi
- Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping/dukungan social
- Ajarkan latihan relaksasi untuk meningkatkan pengendalian diri, relevansi diri serta mengurangi stress.
L. Evaluasi
      1. Evaluasi Subyektif
a) Klien merasa nyaman dalam menjalani perawatan
b) Klien secara bertahap dapat menerima dirinya
      2. Evaluasi Objektif
a). Klien berubah perilakunya , tidak tampak ada gejala marah atau agresif
b). Klien dapat memulai percakapan
M. Terapi Aktifitas Kelompok Yang Sesuai dengan kasus
TAK ORIENTASI REALITA
Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.
Klien dengan gangguan jiwa sikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitaas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.
TUJUAN
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu
sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:
1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2. Klien mengenal waktu dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat.
AKTIVITAS DAN INDIKASI
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang,
tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas
adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya,
salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.
TAK ORIENTASI (disorientasi) REALITAS
Sesi 1.: Pengenalan Orang
Tujuan
1. Klien mampu mengenal nama-nama perawat.
2. Klien mampu mengenal nama-nama klien lain.
Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. pan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
2. Spidol
3. Bola tennis
4. Tape rcorder
5. kaset "dangdut"
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
    - memilih klien sesuai dengan indikasi
    - membuat kontrak dengan klien
    - mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1.  salam terapeutik : Salam dari terapis kepada klien
2.   evaluasi/ validasi :menanyakan perasan klien saat ini.
3. Kontrak                                                                                                                      a. terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal orang                              b. terapis menjelaskan atuaran main berikut:
   - jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
     kepada terapis.
   - Lama kegiatan 45 menit
   -Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja
    1. terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien
     2. terapis meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal
     3. terapis meminta masing-masing klien menuliskan nama panggilan di
depan papan nma yang dibagikan
                4. terapis meminta masing-masing klien memperkenalkan diri secara
berurutan, searah jarum jam dimulai dari terapis, meliputi
menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi
               5. terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan
dinyalakan, saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu kien
ke klien lain. Saat musik dihentikan, klien yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi dari
klien yang lain (minimal nama panggilan)
               6. Terapis memutar tape recorder dan menghentikan . saat musik
berhenti, klien klien yang sedang memegang bola tennis menyebutkan
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi klien yang lain.
               7. Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan giliran
               8. Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
mengajak klien lain bertepuk tangan.
4. Tahap terminasi
Evaluasi
-  terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 - terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
-  tindak lanjut terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai
   dengan nama panggilan.
-  kontrak yang akan datang
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas orang, kemampuan klien yang
diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi
klien lain.
Diposting oleh MUJAHID ALOR di 02.34 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Entri Populer

  • ASKEP KECEMASAN
    A.    Pengertian Kecemasan atau anxiety adalah suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memu...
  • BAHAYA GHAZWUL FIKRI
              “Beberapa kelompok manusia akan memperebutkan kalian seperti halnya orang-orang rakus yang memperebutkan hidangan.” Empat b...
  • Tidak Manunda Dalam Melaksanakan Hak Orang Lain
                Dalam kehidupan masyarakat muslim ditemui pola hubungan antar warganya bervariasi. Dari sini ajaran Islam terdapat tuntut...
  • ANATOMI MUSKULOSKELETAL
    Dr. Suparyanto, M.Kes ANATOMI SISTEM MUSKULOSKELETAL TULANG (OSSEOUS) Tulang tersusun atas sel, serat dan matriks Jenis sel tulang ...
  • 17 ALASAN MENJADI PENGIKUT YESUS YANG SETIA
    KAJIAN KRISTOLOGI ISLAM LINTAS KITAB SUCI 17 ALASAN MENJADI PENGIKUT YESUS YANG SETIA HARUS BER”ISLAM” TINJAUAN AL QUR-AN DAN INJIL ...

Feedjit

Mengenai Saya

Foto saya
MUJAHID ALOR
Memantapkan Peran Dakwah Islamiyah dan Tarbiyah
Lihat profil lengkapku

Total Tayangan Halaman

Radio Online Wahdah


popup
Script Suara Wahdah
eramuslim online streaming

jejak pengunjung

Arsip Blog

  • ▼  2012 (54)
    • ▼  November (1)
      • KONSEP CEMAS, STRESS DAN ADAPTASI (Konsep Dasar Ke...
    • ►  Oktober (11)
      • ASKEP KECEMASAN
    • ►  September (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (28)
    • ►  April (7)
Tema Jendela Gambar. Gambar tema oleh epicurean. Diberdayakan oleh Blogger.