“Beberapa kelompok manusia akan memperebutkan
kalian seperti halnya orang-orang rakus yang memperebutkan hidangan.”
Empat
belas abad lalu, disaat Islam mencapai puncaknya, rasulullah saw telah
memprediksikan nasib umat Islam dimasa yang akan datang sebagai tanda nubuwwah
beliau. Sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits:
“Beberapa kelompok manusia akan memperebutkan
kalian seperti halnya orang-orang rakus yang memperebutkan hidangan.”
Seorang sahabat bertanya, “Apakah karena kami waktu
itu sedikit, ya rasulullah?”
Jawab rasul: “Tidak! Bahkan waktu itu jumlah kalian
sangat banyak. Akan tetapi kalian waktu itu seperti buih di lautan. Dan
sungguh, rasa takut dan gentar telah hilang dari dada musuh kalian. Dan
bercokollah dalam dada kalian penyakit wahn.”
Kemudian sahabat bertanya, “Apakah yang dimaksud
dengan penyakit wahn itu ya rasulullah?”
Jawab beliau: “Cinta dunia dan takut mati.”
Latar Belakang
Ketika
cahaya Islam mulai menyebar luas, yang meliputi wilayah Persi, Syiria,
Palestina, Mesir, hingga Spanyol di daratan Eropa, kaum Salibis, Yahudi, dan
orang-orang Paganis segera membendung laju kebenaran Islam. Mereka khawatir
bila cahaya Islam akan menerangi seluruh belahan dunia. Karena alasan tersebut,
digelarlah peperangan panjang yang kita kenal dengan nama Perang Salib.
Selama
Perang Salib yang berlangsung delapan periode, tak sekalipun umat Islam dapat
dikalahkan. Mereka berpikir keras bagaimana cara mengalahkan umat Islam.
Setelah melalui pemikiran yang panjang, akhirnya mereka mengambil kesimpulan
sebagaimana dikemukakan oleh Gladstone, salah seorang perdana menteri Inggris,
“Selama Al Qur’an ada di tangan umat Islam, tidak mungkin Eropa akan menguasai
dunia Timur.”
Selanjutnya, mereka menyusun langkah-langkah
untuk menjauhkan umat Islam dari ajarannya. Dengan metode yang sistematis,
mereka memulai melancarkan serangan pemikiran
berupa program-program yang dikemas secara menarik. Tanpa disadari, umat
Islam pun mengikuti mereka bahkan menjadi pendukung program-program yang mereka
adakan. Perang secara non-fisik (pemikiran) inilah yang dikenal dengan istilah ghazwul
fikri.
Hadits Rasulullah SAW yang disabdakan empat belas
abad silam itupun akhirnya selaras dengan kondisi umat Islam saat ini. Meski
dari segi jumlah umat Islam di Indonesia merupakan mayoritas (85%) dan
pertumbuhan umat Islam di dunia internasional cukup pesat, ternyata umat Islam
telah menjadi bahan rebutan oleh sekian banyak kepentingan, yang apabila kita
kaji lebih jauh ternyata tujuan akhirnya sama, kehancuran umat Islam!
Pihak-pihak yang Memusuhi Umat Islam
Banyak pihak yang memusuhi kaum muslimin. Allah
memberikan informasi kepada kita siapa saja musuh-musuh kaum muslimin. Ada
beberapa kelompok besar manusia yang dalam perjalanan sejarah selalu
mengibarkan bendera permusuhan dan perang terhadap kaum muslimin.
Kelompok-kelompok tersebut adalah:
1. Orang-orang Yahudi dan Nashrani
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan pernah rela
terhadap kalian, sehingga kalian mengikuti jejak mereka....” (QS. Al Baqarah: 120)
2. Orang-orang musyrik
“Sesungguhnya telah kalian dapati orang-orang yang paling
besar permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi
dan orang-orang musyrik....” (QS. Al Maidah: 82)
3. Orang-orang munafik
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian
dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan
melarang yang ma’ruf dan menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah melupakan
Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah
orang-orang yang fasik.” (At Taubah: 67)
Meskipun
mereka (musuh-musuh Islam) nampak berbeda, tetapi sesungguhnnya dalam memerangi
kaum muslimin mereka bersatu padu melakukan konspirasi (persekongkolan)
berskala internasional. Mereka berusaha menghancurkan umat Islam tanpa mengenal
lelah dan berputus asa.
“Dan
tiada henti-hentinya mereka selalu memerangi kalian sehingga kalian murtad dari
agama kalian, jika mereka mampu....” (QS. Al Baqarah: 217)
Tujuan dan Uslub (metode) Ghazwul fikri
Dua tujuan aktifitas ghazwul fikri dapat
dicapai melalui berbagai uslub dan wasilah serta tahapan-tahapannya. Tujuan dan
uslub tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengeliminasi nilai-nilai Islam agar tidak mampu
berkembang
a. Tasykik
Tasykik adalah suatu upaya untuk
menciptakan keragu-raguan terhadap Islam. Tujuan pokoknya adalah untuk
melahirkan krisis kepercayaan di tengah-tengah kaum muslimin terhadap Islam.
Menggunakan gerakan tasykik ini, musuh-musuh Islam berupaya meruntuhkan
keyakinan kaum muslimin yang mempercayai bahwa Islam, dengan dasar Al Qur’an
dan sunnahnya, adalah dien, pedoman hidup manusia yang kebenarannya bersifat
mutlak.
Sasaran tasykik yang
pertama ialah keshahihan (validitas) dasar atau sumber hukum Islam. Dalam hal
ini, orang-orang kafir, terutama para orientalis tendensius yang terkenal akan
kebenciannya kepada Islam, sangat gigih menciptakan keragu-raguan kepada kaum
muslimin terhadap kewahyuan Al Qur’an. Kendati tidak pernah didukung dalil dan
bukti, mereka terus-menerus melontarkan tuduhan dusta bahwa Al Qur’an adalah
ciptaan Muhammad sebagai hasil interpretasi beliau yang salah dengan sumber Taurat,
Injil dan Zabur. Selanjutnya, mereka menuduh bahwa isi Al Qur’an, selain tidak
rasional dan tidak aplikatif, banyak mengandung ajaran yang saling
kontradiktif.
Selain Al Qur’an, sasaran
utama tasykik lainnya adalah hadits Rasulullah SAW. Hal ini karena
hadits-hadits shahih merupakan dasar kedua setelah Al Qur’an yang kebenarannya
secara mutlak telah menjadi keyakinan umum kaum muslimin. Dalam upaya
meruntuhkan atau paling tidak menggoncangkan keyakinan ini, orang-orang kafir
menyerang habis-habisan al-Hadits yang dikatakan sebagai tradisi kaum muslimin
selama tiga abad. Bahkan, mereka menggugat perawi-perawi hadits yang selama
berabad-abad diyakini oleh mayoritas kaum muslimin akan ketelitian dan
kejujurannya dalam merawikan hadits. Demikian pula sejarah masa lalu, kondisi
masa kini, dan prospek masa depan umat Islam tidak luput dijadikan sasaran tasykik
yang bertubi-tubi.
Salah satu cara menciptakan
keragu-raguan kaum muslimin terhadap agamanya adalah dengan membenturkan
kenyataan kehidupan kaum muslimin masa kini dengan konsep dan janji-janji
Islam. Misalnya dalam Al Qur’an Allah menjanjikan kebinasaan bagi orang-orang
kafir dan kekuasaan bagi orang-orang yang beriman. Namun kenyataannya,
kehidupan kaum muslimin paling tidak dalam abad-abad terakhir ini, tetap
didominasi oleh kekuatan kufur. Akibatnya, banyak di antara orang Islam yang
menjadi ragu terhadap kebenaran janji Allah tersebut.
Sekurang-kurangnya ada dua
dampak yang tidak dapat dihindari dari keberhasilan gerakan tasykik
kepada kaum muslimin. Pertama, munculnya netralitas sebagian orang Islam dalam
masalah keyakinan. Kenetralan seperti ini akan menghilangkan jiwa tamassuk
biddin sehingga mereka menganggap semua agama baik. Bahkan mereka yang
telah tertasykik dan menjadi netral ini memandang orang-orang yang bertamassuk
biddin sebagai fanatik, ekstrem, kolot, ta’ashshub, dan lain sebagainya.
Kedua, munculnya keragu-raguan terhadap sebagian atau keseluruhan dari ajaran
Islam. Dampak keragu-raguan ini adalah mengimani sebagian isi Al Qur’an dan
menolak sebagian yang lain ataupun rela menerima ajaran dan ideologi buatan
manusia sebagi pengganti Islam dalam mengatur hidupnya.
b. Tasywih
Tasywih
adalah sebuah upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin
terhadap Islam dengan cara memberikan gambaran Islam secara buruk. Tujuannya
jelas yaitu agar timbul rasa rendah diri (inferiority) yang menyeluruh
di kalangan kaum muslimin. Dengan tasywih orang Islam bisa terputus
hubungannya dengan Islam, sedangkan orang non-Islam akan tetap terhalang dari
pemahaman yang benar terhadap Islam.
Sebenarnya baik tasykik
maupun tasywih adalah bentuk klasik permusuhan orang kafir terhadap
Islam. Hanya saja bobot, gaya, dan intensitasnya dewasa ini kemungkinan semakin
hebat karena ditunjang oleh berbagai peralatan dan media yang serba modern.
Setidaknya ada dua dampak
negatif yang sangat berbahaya bila orang Islam merasa rendah diri terhadap
keislamannya. Pertama, ia membenci apa saja yang menjadi miliknya. Kedua, ia
akan merasa kagum terhadap milik orang lain, yang berupa agama, ideologi,
kebudayaan, bahasa, adat-istiadat, gaya hidup, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, Allah swt
berpesan dengan menyatakan bahwa orang-orang mukmin itu tinggi dan memiki
kewibawaan serta harga diri, “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya) jika kamu (benar-benar) beriman.” (QS. Ali Imran:139)
c. Tadzwib
Tadzwib adalah upaya lain dari orang-orang kafir untuk
mengeliminasi Islam dengan gerakan pelarutan budaya dan pemikiran. Bagi kaum
muslimin tujuannya jelas, yaitu agar tak ada lagi jarak pemikiran dan budaya
orang muslim dengan pemikiran dan budaya kufur, Sehingga orang muslim tidak
tahu lagi mana pemikiran dan budaya Islam dan mana yang bukan, atau minimal
sulit untuk memisahkan antara pemikiran dan budaya islami dengan pemikiran dan
budaya jahili.
Kondisi seperti itu mengakibatkan timbulnya akulturasi dalam
bentuk menyatunya budaya dan pemikiran islami dengan budaya dan pemikiran yang
tidak islami. Proses akulturasi ini bisa memusnahkan budaya asli, karena
tercaplok oleh budaya asing, atau sekurang-kurangnya akan menghasilkan
sinkretisme dalam skala luas.
d. Taghrib
Taghrib adalah upaya mengeliminasi Islam dengan mendorong
kaum muslimin agar mau menerima pemikiran dan perilaku Barat. Orang-orang kafir
berusaha keras mengeringkan nilai-nilai Islam dari jiwa kaum muslimin dan
mengisinya dengan nilai-nilai non-Islam sehingga melahirkan perilaku yang
menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma agama Islam.
Setidaknya, ada dua fenomena
yang muncul pada suatu masyarakat atau bangsa yang terkena taghrib.
Pertama, hilangnya nilai-nilai orisinil masyarakat atau bangsa tersebut; dan
kedua, munculnya perilaku yang asing (tidak berpijak pada kaidah atau dhawabith
yang baku) yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya.
Akibatnya, bermunculanlah
manusia-manusia mudzabdzab dan orang-orang yang berperilaku aneh-aneh.
Suatu kondisi dimana nilai-nilai orisinil telah hilang dan manusianya juga
sudah berperilaku aneh-aneh akan melahirkan anarkisme yang dapat menjerumuskan
masyarakat atau bangsa ke dalam lembah kenistaan atau kehinaan.
2. Menghantam Islam dari dalam (dengan memberikan
alternatif-alternatif sistem non Islami
Untuk mencapai tujuan ghazwul fikri
ini, uaya-upaya yang dilakukan orang-orangkafir antara lain::
a. Penyebaran faham sekularisme
Hakikat
sekularisme samasekali tidak ada kaitannya dengan sains dan teknologi. Dalam Al
Qur’an, orang-orang yang menganut faham sekularisme dalam kehidupan disebut
kaum dahriyyin. Allah SWT berfirman:
“Dan mereka berkata, kehidupan ini tidak lain
hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada
membinasakan kita selain masa. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai
pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga.” (QS. Al Jatsiyah: 24)
Sekularisme
berupaya menciptakan suatu kehidupan yang bisa dikendalikan di bawah kekuasaan
rasional dan hasil empiris. Karena itu, hal-hal yang bersifat spiritual,
dipandangnya serba negatif. Di bidang politik, hukum dan moral, selain
berdasarkan prinsip materialisme, sekularisme juga memisahkan agama dari
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Berkaitan dengan Islam, sekularisme
berarti mendepak Islam dari aturan kehidupan dan memojokkannya hanya pada
bidang-bidang ritual yang bersifat seremonial.
b. Penyebaran faham nasionalisme
Nasionalisme
adalah faham yang meletakkan bangsa atau nation di atas segala-galanya.
Menurut faham nasionalisme, kepentingan bangsa mengatasi semua kepentingan,
termasuk kepentingan agama. Menurut faham nasionalisme, masalah kebangsaan juga menyangkut masalah prinsip, metode dan
sekaligus tujuan kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu, dalam bertindak atau
berjuang diperlukan prinsip nasionalisme dan mempergunakan metode yang sesuai
dengan semangat kebangsaan untuk
kepentingan dan dalam rangka menjunjung tinggi derajat bangsa.
Akibatnya,
bermunculan berbagai kehidupan yang berwarna nasional. Ada kebudayaan nasional,
wawasan nasional, hukum nasional, makanan nasional, pendidikan nasional,
kerukunan nasional, kepentingan dan tujuan nasional, ideologi nasional, partai
nasional, dan lain sebagainya yang secara praktis menggusur identitas keislaman
seorang muslim dari seluruh sektor kehidupan. Setiap yang berbau Islam dianggap
anasional, bertentangan dengan kepentingan nasional, serta merongrong
kewibawaan dan stabilitas nasional. Setiap gerakan Islam patut dimusuhi dan
disingkirkan demi menjaga keutuhan nasional.
c. Perubahan politik
Perubahan
politik di negeri-negeri muslim dipergunakan untuk menghantam Islam dari dalam.
Perubahan politik ini diarahkan untuk tujuan mengukuhkan pengaruh kolonialisme
dan mencabut akar kekuatan kaum muslimin di bidang politik. Secara umum,
perubahan politik yang dilancarkan selalu diiringi dengan penyerbuan sistem
politik sekuler dan mendepak sistem politik islami.
Akibatnya
iklim politik di dunia Islam dipenuhi dengan gegap gempitanya jargon-jargon
politik beracun seperti, “Jangan kotori agama dengan politik. Politik adalah
masalah dunia dan agama adalah masalah akhirat. Islam tidak mengatur masalah
politik, dan lain sebagainya. Celakanya, jargon-jargon politik yang
mencerminkan sistem politik sekuler semacam itu justru dipandang sebagai suatu
kebenaran oleh para politisi di dunia Islam. Dan sebaliknya, sistem politik
Islam dipandang sebagai suatu kejahatan.
d. Perubahan sosial
Pada
mulanya ambisi penyerbuan orang-orang kafir itu bertujuan memasukkan orang
muslim ke dalam agama mereka. Tetapi ketika mereka mengalami kesulitan dalam mewujudkan
ambisi tersebut, mereka mulai mengkonsentrasikan gerakannya pada upaya
mengeluarkan kaum muslimin dari Islam. Ternyata tujuan inipun tidak berhasil
seperti harapan mereka. Akhirnya, dengan segala tipu daya dan sarana, mereka
berupaya keras menjauhkan orang Islam dari agamanya.
Untuk
tujuan tersebut, mereka menggunakan cara terselubung yang sulit diketahui
tujuan sebenarnya, kecuali oleh mereka yang dirahmati Allah swt. Salah satu
diantaranya ialah melancarkan perubahan sosial di dunia Islam, dengan dalih
modernisasi, pengembangan sosial, pembudayaan, dan semacamnya. Pertama-pertama,
mereka merontokkan institusi rumah tangga sebagai unit terkecil dari masyarakat
Islam. Selanjutnya, mereka merontokkan dan mengubah sistem hubungan
pria-wanita, sistem pernikahan, sistem keluarga dan pendidikan anak, bahkan
sistem kerja. Hasilnya, wajah sebuah keluarga islamipun berubah menjadi
keluarga yang jauh dari nilai-nilai Islam. Perubahan ini jelas berpengaruh luas
terhadap wajah suatu masyarakat.
KEKUATAN ISLAM
Suatu ketika di
Perang Salib, seorang petinggi kaurn Palangis (pasukan Kristen) tertangkap oleh
pejuang‑pejuang penegak agama Allah dan ditawan. Sang petinggi ini diperlakukan
sangat baik selama ditawan. Ada satu hal yang membuatnya berpikir. Setiap malam
ia memperhatikan sang penjaga berlinangan air mata saat membaca kitab sucinya.
la tak habis pikir bagaimana seorang yang begitu perkasa di siang hari di medan
ternpur dapat menangis sedemikian rupa di malam hari ketika mernbaca Al Quran.
Akhirnya ia sampai kepada suatu kesimpulan bahwa disitulah letak kekuatan ka um
muslimin. Selama beberapa pertempuran fisik mereka tidak berhasil mengalahkan
kaurn muslimin, ternyata ado suatu sumber kekuatan yang Maha dahsyat yang
memberikan motivasi yang begitu kuat bagi kaum muslimin. la lalu mengirim surat
kepada pasukannya yang mengabarkan bahwa jika ingin mengalahkan kaum muslimin
tidak dapat secara fisik tetapi mereka harus dijauhkan terlebih dahulu dari
kitab sucinya. Dan memang kemenangan mereka setelah umat Islam mulai
jauh dari Al Quran.
Sementara
itu tujuh abad kemudian, Samuel Zuaimir ketua Asosiasi Agen Yahudi pada sebuah
konferensi di Yerussalem dalam pidatonya mengatakan " Tujuan misi yang
telah diperjuangkan bangsa Yahudi dengan mengirim saudara ke negara‑negara
Islam, bukanlah mengharapkan kaum muslimin beralih ke agama Yahudi, tetapi
tugasmu adalah mengeluarkan mereka dari Islam dan tidak berpikir mempertahankan
agama Allah atau berdialog dengan‑Nya."
Selain
itu pada tahun 1933, dalam suatu konferensi misionaris di Al Quds, Zweimer,
berkata, "Sesungguhnya tugas kalian ialah mengeluarkan Kaum muslimin dari
agamanya supaya dia menjadi seorang makhluk yang tidak ada hubungannya dengan
Allah. Dengan sendirinya dia akan menjadi seorang yang tidak merasa terikat
dengan ahklak yang selama ini menjadi landasan hidup semua umat. Karena itu,
kalian kami tugaskan untuk mengeluarkan si muslim dari Islam. Dengan sendirinya
generasi muslim berikutnya akan sesuai dengan apa yang dikehendaki kaum
penjajah, tidak mengindahkan masalah‑masalah besar, senang bersantai‑santai,
dan tertarik kepada dunia serta hidup dalam pemuasan nafsu dan pada akhirnya
mereka rela mengorbankan miliknya yang paling berharga."
Zweimer
selanjutnya berkata, "Sejak tahun 1882 politik penjajah telah menguasai
kurikulum pengajaran di sekolah‑sekolah dasar dengan menghapus pengajaran Al
Quran dan sejarah Islam. Dengan demikian ia telah menciptakan suatu generasi
yang bukan muslim, bukan Nasrani, dan bukan Yahudi, yakni generasi yang labil,
materialistis, tidak percaya akidah, tidak tahu kewajibannya kepada agama, dan
tidak memuliakan tanah airnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar