Tak lama kernudian si Yahudi itu mengajukan
pertanyaan kepada lbnu Hajar, "Bagaimana Tuan menjelaskan sabda nabi Tuan
yang menyatakan bahwa dunia ini penjara bagi seorang mukmin dan surga bagi
seorang kafir, sementara Tuan bisa lihat sendiri bahwa aku berpakaian compang‑camping
padahal aku ini orang kafir, dan Tuan sendiri hidup senang dan mewah padahal
Tuan orang beriman. "
Maka lbnu Hajar menjawab, "Engkau, dalam
keadaan sengsara seperti ini seolah‑olah berada dalam surga bila dibandingkan
dengan keadaanmu disiksa dengan siksaan yang pedih di akhirat nanti, jika
Engkau mati nanti dalam keadaan kafir. Sedangkan aku, dalam keadaan mewah
seperti ini ‑jika di akhirat nanti Allah masukkan aku ke dalam surgamaka
kesenangan duniawi yang aku rasakan ini seolah‑olah merupakan penjara bila
dibandingkan dengan kenikmatan yang menanti‑nantiku di dalam surga."
Mendengar penjelasan Ibnu Hajar seperti itu,
spontan saja si Yahudi itu bertanya, "Apakah benar demikian halnya?"
Ibnu Hajar menjawab, "Ya, benar." Maka si Yahudi itu pun mengucapkan,
"Aku bersaksi bahwasannya Ilah (Tuhan) itu hanya Allah, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad itu rasul (utusan ) Allah."
POTENSI DAN KEKAYAAN UMAT ISLAM
“Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara. Kalian
tak akan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu)
Kitabullah dan sunnah rasul‑Nva." (Al Hadits)
Sesungguhnya umat Islam memiliki potensi besar
yang pada umumnya tidak dimiliki oleh sistem lain yang ada. Potensi pertama tersebut di antaranya adalah
potensi syariah/peraturan yang lengkap, mencakup seluruh aspek kehidupan.
Syariah ini tertuang dalam Al Quran dan As Sunnah.
Allah telah menjelaskan dalam firman‑Nya
bahwa Al Quran adalah hudan (petunjuk) bagi hamba‑hambanya yang bertaqwa
(QS. 2:2), bahkan untuk seluruh umat manusia (QS. 2:185).
Maka Allah pula yang menjaga
kemurnian dan kea‑slian Al Quran dari waktu ke waktu. Berbeda. dengan kitab‑kitab
suci lain yang telah mengalami kontaminasi oleh sentuhan tangan manusia
sehingga sebagian isinya tidak asli lagi, Al Quran yang kita lihat saat ini
adalah sama persis dengan ketika wahyu itu diterima oleh Rasulullah saw. Firman
Allah:
"Sesungguhnya Kamilah yang telah
menurunkon A] Qurun, dan sesungguhnya Kami benar‑benar memeliharanya."
(Q.S. 15:9)
Potensi kedua yang dimiliki umat Islam adalah
karunia Allah berupa kekayaan alam yang hampir sebagian besar (65%) berada di
negeri‑negeri Muslim. Tugas umat Islam pulalah untuk mengoptimalkan
pemanfaatannya bagi kemaslahatan umat manusia dan alam semesta. Tentu saja hal
ini membutuhkan perangkat teknologi dan keunggulan sumber daya manusia.
Cadangan minyak bumi pun sebanyak 65% berada di negeri‑negeri Muslim,
Selain itu umat Islam memiliki
potensi dalam jumlah jiwanya. Sebagian besar penduduk dunia adalah Muslim.
Tantangan bagi kita tentu saja umat Islam tidak hanya unggul dari segi
kuantitas, namun terlebih penting lagi adalah kualitasnya.
Umat Islam juga telah mendapatkan jaminan
kemenangan dari Allah Swt. sebagaimana firman‑Nya:
"Dialah yang mengutus rasul‑Nya dengan membawa petunjuk
dan agama ‑ vang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama,
meskipun orang‑orang musyrik benci." (Q.S. 61:9)
Pertolongan Allah pun amat dekat bagi orang‑orang
yang beriman (QS.2:214), namun tentu saja semua itu kembali kepada kita. Allah
pasti akan memberikan kemenangan itu bila memang kita telah layak/pantas untuk
memperolehnya.
Termasuk salah satu potensi yang dimiliki umat
Islam adalah seiarah Islam yang penuh dengan kejayaan, yaitu sejak masa
Rasulullah bersama para sahabat, sampai berabad‑abad setelahnva. Hal ini
seharusnya membangkiLkan optimisme pada diri kita. Apa yang dahulu mereka
miliki, yaitu Al Quran dan sunah Rasulullah, masih kita miliki sampai sekarang.
Namun sudahkah kita memiliki kedalaman pemahaman yang sama dengan mereka?
FAKTOR‑FAKTOR KEMUNDURAN UMAT
ISLAM
Kemunduran yang saal ini terjadi pada umat Islam
tentu ada penyebabnya. Faktor‑faktor penyebab ini pada dasarnya dapat dibedakan
atas faktor internal (dari dalam tubuh umat Islam sendiri) dan faktor
eksternal (dari luar umat Islam).
Faktor internal di antaranya adalah:
1. Jauhnya umat Islam dari Al Quran dan As
Sunnah.
Dalam Q.S. 25:30 Allah berfirman:
"Berkatalah Rasul: Tuhanku, sesungguhnya
kaumku menjadikan Al Quran ini suatu vang tidak diacuhkan."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimakumullah
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang‑orang yang mengacuhkan Al Quran ini
ada 3 kemungkinan:
- Ia tidak membaca Al Quran.
Seorang muslim yang tidak membaca Al Quran padahal ia bisa
membacanya dan jika ia tidak bisa membaca Al Quran lantas ia tidak berusaha
untuk menjadi bisa, maka ia termasuk ke dalam golongan orang‑orang yang acuh
terhadap Al Quran.
- Ia membaca Al Quran namun tidak menadabburinya.
Seorang muslim yang membaca Al Quran
seharusnya mengalami peningkatan keimanan, yaitu bila ia tidak asal membaca
saja. Firman Allah:
"Sesungguhnya orang‑orangyang
beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat‑ayat‑Nya, bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (Q.S. 8:2)
- la membaca dan menadabburi Al Quran namun tidak mengamalkannya.Seorang muslim baru dikatakan benar keimanannya terhadap Al Quran bila ia membacanya secara kontinyu, mentadabburinya sehingga bertambah pemahaman dan kevakinannya akan kebenaran Al Quran dan mengamalkan dengan sekuat tenaga apa‑apa yang telah dibacanya. Salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah akibat mereka mempelajari Islam hanya karena mereka mengikuti sehingga pemahaman yang ada pun sekedar pernahaman ikut-ikutan(taqlid buta), bukan pemahaman yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Padahal firman Allah:
"Dan janganlah kamu mengikuti
apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya."
(QS. 17:36)
2. Terpecah-belahnya umat Islam
Umat Islam terpecah belah karena ada perbedaan masalah furu' (cabang) seperti masalah fiqh madzhab, masalah jama'ah dan sebagainya, sampai merusak hubungan ukhuwah Islamiyah.Tentu saja umat yang terpecah belah akan lebih mudah dikalahkan oleh musuhmusuh Islam. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk memperkuat kesatuan hati dan tali ukhuwah. Firman Allah: "dan yang mempersatukan hati mereka (orang‑orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksona." (Q.S. 8:63)
Umat Islam terpecah belah karena ada perbedaan masalah furu' (cabang) seperti masalah fiqh madzhab, masalah jama'ah dan sebagainya, sampai merusak hubungan ukhuwah Islamiyah.Tentu saja umat yang terpecah belah akan lebih mudah dikalahkan oleh musuhmusuh Islam. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk memperkuat kesatuan hati dan tali ukhuwah. Firman Allah: "dan yang mempersatukan hati mereka (orang‑orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksona." (Q.S. 8:63)
3. Adanya perasaan rendah diri dan
tidak tsiqoh (percaya) pada umat Islam.
Di antara umat Islam saat ini banyak
yang tidak memiliki izzah Islam, merasa enggan untuk menunjukkan identitas
keIslamannya. Perasaan ini
timbul karena melihat kondisi faktual umat yang saat ini cenderung berada
"di bawah". Padahal perasaan semacam ini tidak boleh menghinggapi
seorang muslim, karena kondisi umat saat ini justru disebabkan karena umat
Islam jauh dari pemahaman Islam yamg benar. Bila kita belajar dari sejarah, maka akan tampak
bahwa masa-masa kegemilangan umat Islam terjadi pada masa di mana mereka benar‑benar
menegakkan bangunan Islam pada dirinya dan masyarakat. Ketika itu Islam tampil
sebagai peradaban, Tidak ada yang menutupi cahayanya, sesuai dengan sabda
Rasulullah: "Al
Islamu ya'lu wa laa yu'la 'alaihi." (Islam itu tinggi dan tidak ada yang
menandingi ketinggiannya). Izzah
Islam harus bangkit pada diri tiap‑tiap umat Islam, karena orang yang paling
tinggi derajatnya di muka bumi ini sesungguhnya adalah orang‑orang yang
beriman. Firman Allah:
"Janganlah kamu bersikap,
lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang‑orang
yang paling tinggi (derajatkya), jika kamu orang‑orang yang beriman." (QS. 3:139)
4. Adanya gejala taqfid dengan semua yang
datang dari kaum
Ketika seorang muslim tak lagi memiliki izzah dengan keIslamannya, maka mudah saja baginya untuk berkiblat pada sesuatu yang lain, yang datang dari luar Islam atau orang kafir sekalipun.
Ketika seorang muslim tak lagi memiliki izzah dengan keIslamannya, maka mudah saja baginya untuk berkiblat pada sesuatu yang lain, yang datang dari luar Islam atau orang kafir sekalipun.
5. Tertinggal dalam i1mu pengetahuan dan
teknologi.
Padahal Islam merupakan agama yang menjunjung
tinggi ilmu pengetahuan. Bahkan Allah swt. mengangkat derajat orang‑orang yang
berilmu dalam firman‑Nya QS. 58:11. Rasulullah saw. bersabda:
"Keutamaan seorang'alim (ahli ilmu) atas
seorang'abid (ahli ibadah) seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah
derajatnya." (H.R. At Tirmidzi) "Barangsiapa yang menempuh jalan untuk
menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga...." (HR.
Muslim, Ibnu Hibban dan Al Hakim) Islam telah pula melahirkan para ilmuwan besar
dalam sejarah, seperti Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Rusyd (Averroes), Al
Khawarizmi dan lain‑lain.
Disamping
faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang menjadi sebab mundurnya
umat Islam, yaitu adanya ghazwul fikri (perang pemikiran)
dan harakatul irtidad (gerakan pemurtadan) dari musuh‑musuh
Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Mahabenar Allah dengan firman‑Nya:
"Orang‑orang Yahudi dan nasrani tidak akan
senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka..." (Q.S. 2:120)
Solusi apakah yang dapat
diterapkan untuk menyelesaikan problematika umat Islam saat ini? Diantaranya
adalah:
- Umat Islam harus menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
- Mendidik generasi Islam dengan manhaj pendidikan yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh).
- Menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh (QS. 8:60).
- Dengan perjuangan dan pengorbanan total.
Referensi:
-
Abu Ridha, Mengenal Ghazwul
Fikri: Assaduddin Press, 1990, Jakarta
-
Irwan Prayitno, Kepribadian
Da’i : Problematika Umat, Pustaka Tarbiatuna,2002, Bekasi
-
Dr.
Yusuf Qardhawi, Umat Islam Abad 21 : Al Kautsar, 1990, Jakarta
-
Said Hawwa, Al Islam, Al
Ishlahy Press, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar