A.
Pengertian
Kecemasan atau
anxiety adalah suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan adanya bahaya
yang mengancam dan memungkinkan seseorang melakukan tindakan untuk mengatasi
ancaman. Kecemasan berkaitan dengan perasaan tidak pasti /tidak berdaya,
keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Ganggguan
panik dialami lebih kurang 1,7% dari populasi orang dewasa. Angka kejadian
sepanjang hidup gangguan panik dilaporkan 1,5% sampai 5%, sedangkan serangan
panik sebanyak 3% sampai 5,6%. Gangguan panik sering berlansung menahun, sangat
bervariasi pada tiap individu. Dalam jangka panjang, 30% - 40% penderita tidak
lagi mengalami serangan panik, 50% mengalami gejala ringan sehingga tidak
mempengaruhi kehidupannya, sedangkan sisanya masih mengalami gejala yang
bermakna (Elvira, 2008).
B.
Etiologi
Hingga saat ini ada 3 pemikiran yang
bisa menjelaskan penyebab dari serangan kecemasan yang dialami seseorang,
yaitu:
1. Biologis
1. Biologis
Semua manusia memiliki kode ketakutan di
dalam gennya, jadi setiap orang sebenarnya memiliki potensi untuk mengalami
kecemasan. Tapi kondisi ini bisa sangat mempengaruhi seseorang tapi tidak
dengan orang lain. Hal ini kemungkinan turut dipengaruhi oleh ketidakseimbangan
senyawa kimia di dalam otak yang membuat kecemasan atau ketakutan menjadi
abnormal.
2. Perilaku
2. Perilaku
Pola-pola perilaku tertentu mengajarkan
seseorang bertindak dengan cara berbeda. Misalnya jika sejak kecil seringkali
diterapkan perilaku main sendiri atau tidak terlalu bersosialisasi, maka
kondisi ini bisa terbawa hingga dewasa yang membuatnya menjadi takut atau cemas
untuk berhadapan dengan orang lain.
3. Psikodinamik
3. Psikodinamik
Teori psikodinamik berpendapat bahwa
beberapa ketakuran berakar dari trauma atau kekerasan di masa kecil seperti
pernah diejek atau dipermalukan. Ketakutan ini bisa dilupakan tapi dapat muncul
kembali di kemudian hari.
C.
Tanda
dan gejala kecemasan
Gejala-gejala kecemasan ditandai pada tiga aspek :
1.
Aspek biologis/fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan
darah, tarikan nafas menjadi pendek dan cepat, berkeringat dingin, termasuk di
telapak tangan, nafsu makan hilang, mual/muntah, sering buang air kecil, nyeri
kepala, tak bisa tidur, mengeluh, pembesaran pupil dan gangguan pencernaan.
2.
Aspek intelektual/kognitif; seperti ketidakmampuan berkonsentrasi,
penurunan perhatian dan keinginan, tidak bereaksi terhadap rangsangan
lingkungan, penurunan produktivitas, pelupa, orientasi lebih ke masa lampau
daripada masa kini/masa depan.
3. Aspek emosional dan perilaku;
seperti penarikan diri, depresi, mudah tersinggung, mudah menangis, mudah marah
dan apatisme.
D.
Rentang Respon
Respon adaptif respon maladaptive
Antisipasi ringan sedang berat panik
E. Proses Terjadinya
Ada reseptor di otak yang menerima neurotransmiter asam
gamma-aminobutyric (GABA). Ketika GABA ditransmisikan ke reseptor, neuron
diperintahkan untuk berhenti menembak. Generalized Anxiety Disorder ( gangguan kecemasan) terjadi ketika
GABA tidak dapat mengikat secara akurat ke sel reseptor, atau ketika ada
terlalu sedikit reseptor GABA. Tanpa jumlah yang tepat dari penerimaan GABA,
neuron berlebihan akan, menyebabkan
orang untuk tidak menerima pesan cukup untuk "berhenti". Hasilnya
adalah orang itu terus-menerus tegang, menjadi terlalu cemas dan gelisah.
seanjutnya akan memicu peningkatan saraf simpatis yang akan menimbulkan
berbagai gejala yang telah disebutkan diatas.
F.
Mekanisme koping
Ketika
mengalami ansietas,individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya,dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara kontruktif merupakan
penyebab utama terjadinya prilaku patologis,yang mengancam ego. Dimana individu
menggunakan energi yang lebih besar untuk mengatasi ancaman tersebut.
Ada dua mekanisme koping yang
dikategorikan untuk mengatasi ansietas:
1. Reaksi yang
berorientasi pada tugas(task oriented reaction)
Pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis,yaitu
Pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis,yaitu
a. Perilaku
menyerang(agresif) :Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku
menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis
c. Perilaku kompromi
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2.
Mekanisme pertahanan ego (ego oriented reaction)
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
a.
Kompensasi
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
b.
Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
c.
Pemindahan(displacemen)
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
d.
Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
e.
Identifikasi(identification)
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
f.
Intelektualisasi(intelektualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
g.
Introjeksi(intrijection)
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar(pembentukan superego)
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar(pembentukan superego)
h.
Fiksasi
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu(emosi atau tingkah laku atau pikiran)sehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu(emosi atau tingkah laku atau pikiran)sehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
i.
Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi
j.
Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
k.
Reaksi foemasi
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
l.
Regressi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu(tingkah laku yang primitif),contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah,merusak,melempar barang,meraung,dst.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu(tingkah laku yang primitif),contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah,merusak,melempar barang,meraung,dst.
m.
Represi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran,impuls,atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan,merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran,impuls,atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan,merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
n.
Acting out
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang
o.
Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
p.
Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
q.
Undoing
Tindakan/prilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/prilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
Tindakan/prilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/prilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
G.
Data Yang Perlu Dikaji
a. Faktor predisposisi ( penyebab cemas
menurut beberapa teori) :
Menurut teori psikoanalisa
Kecemasan disebabkan oleh karena ego tidak dapat menengahi 2 elemen ( id - Superego ) yang bertentangan, tibulnya konflik dikarenakan 2 elemen kepribadian antara id dan superego bertentangan.
Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan. Cemas berhubungan dengan pengalaman masa lalu seperti perpisahan, kelemahan fisik.
Teori Perilaku
Kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari /mengurangi kepedihan.
Teori eksistensial
Menurut teori psikoanalisa
Kecemasan disebabkan oleh karena ego tidak dapat menengahi 2 elemen ( id - Superego ) yang bertentangan, tibulnya konflik dikarenakan 2 elemen kepribadian antara id dan superego bertentangan.
Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan. Cemas berhubungan dengan pengalaman masa lalu seperti perpisahan, kelemahan fisik.
Teori Perilaku
Kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari /mengurangi kepedihan.
Teori eksistensial
Kecemasan adalah respon seseorang terhadap
kehampaan eksistensi dan arti. Konsep inti teori eksistensi adalah bahwa
seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol didalam dirinya.
Teori Biologi
Teori Biologi
Dalam tubuh manusia ada zat
kimiawi yang disebut neurotransmiter yang fungsinya sebagai reseptor seperti:
(katekolamin, sirotonin, Asetilkolin, Gamma Amino Buteric Acid). Pada orang
cemas terjadi peningkatan dopamin, nor-adrenalin serta sirotonin.
b. Faktor presipitasi ( stresor pencetus
b. Faktor presipitasi ( stresor pencetus
1). Ancaman terhadap integritas ( ketidakamampuan
fisiologi).
2). Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang
membahayakan identitas seperti fungsi
sosial, harga diri
c.
Perilaku
Cemas dapat diekspresikan
secara langsung seperti perubahan fisiologis tubuh dan perilaku itu sendiri,
atau dalam kondisi tak langsung seperti mekanisme koping.
d.
Mekanisme Koping
Ketidakmampuan mengatasi
stres secara konstruksi menyebabkan terjadinya perilaku patologis. Pola yang
cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi cemas apabila cemas itu sudah
berat / menghebat. Cemas ringan sering di atasi tanpa pemikira. Dua jenis
mekanisme koping : Orientasi tugas dan orientasi ego
H.
Masalah
Keperawatan
1. Pola pernafasan in-efekif
2. Koping individu, in-efektif
3. Kerusakan komunikasi verbal
4. Ansietas
5. Ketidakberdayaan
6. Ketakutan
2. Koping individu, in-efektif
3. Kerusakan komunikasi verbal
4. Ansietas
5. Ketidakberdayaan
6. Ketakutan
I. Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal
Koping individu in-efektif
Ansietas
Ketidakberdayaan pola pernafasan in-efektif
Ketakutan
J. Diagnosa Keperawatan
a. Cemas Berat/panic
a. Cemas Berat/panic
Tujuan
yang diharapakan :
- Klien terlindung dari bahaya
- Klien dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya
- Klien dapat mengikuti aktifitas yang telah dijadwalkan
- Klien dapat mengalami kesembuhan dengan berkurangnya tanda gejala
- Klien terlindung dari bahaya
- Klien dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya
- Klien dapat mengikuti aktifitas yang telah dijadwalkan
- Klien dapat mengalami kesembuhan dengan berkurangnya tanda gejala
b. Rencana tindakan
keperawatan
1. Lindungi klien dari bahaya
-
Bina hubungan terapeutik : terima terlebih dahulu kehendaknya dan beri dukungan klien dari pada melawan Kenalkan
realitas nyeri yang berhubungan dengan mekanisme koping Jangan fokuskan pada fobia,
ritual atau keluhan fisik.
- Beri umpan balik tentang : perilaku
stress, penilaian stresor dan sumber koping
Perkuat ide bahwa kesehatan fisik Berhubungan dengan kesehatan emosi
Kemudian mulailah membuat batasan perilaku mal-adaptif klien dengan cara mendukung
Perkuat ide bahwa kesehatan fisik Berhubungan dengan kesehatan emosi
Kemudian mulailah membuat batasan perilaku mal-adaptif klien dengan cara mendukung
2. Modifikasi lingkungan yang dapat
mengurangi
kecemasan
kecemasan
- Lakukan cara yang tenang kepada klien
- Kurangi stimulasi lingkungan
- Kurangi stimulasi lingkungan
- Batasi interaksi pasien dengan orang lain, untuk meminimalkan
menularnya cemas pada orang lain.
- Identifikasi dan modifikasi situasi yang mempengaruhi kecemasan
- Berikan tindakan yang dapat mendukung fisik, seperti; mandi hangat,
massage.
3. Dorong klien melakukan aktifitas yang
telah dijadwalkan
- Dukung klien untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti membersihkan ruangan, merawat taman selanjutnya berikan penguatan perilaku produktif secara social
- Berikan beberapa jenis latihan fisik seperti; senam, relaksasi.
- Bersama-sama klien untuk membuat jadwal kegiatan
- Libatkan keluarga atau sistem pendukung lainnya yang memungkinkan
- Dukung klien untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti membersihkan ruangan, merawat taman selanjutnya berikan penguatan perilaku produktif secara social
- Berikan beberapa jenis latihan fisik seperti; senam, relaksasi.
- Bersama-sama klien untuk membuat jadwal kegiatan
- Libatkan keluarga atau sistem pendukung lainnya yang memungkinkan
4. Kolaborasi pemberian obat-obat anti
ansietas untuk menurunkan gejal-gejala a. cemas berat
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas,
Amati efek samping obat
b. Cemas tingkat sedang
1) Tujuan Umum
- Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas
- Klien dapat mengenali penyebab cemas
- Klien dapat menguraikan respon koping adaptif dan mal-adaptif
- Klien dapat melaksanakan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas,
Amati efek samping obat
b. Cemas tingkat sedang
1) Tujuan Umum
- Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas
- Klien dapat mengenali penyebab cemas
- Klien dapat menguraikan respon koping adaptif dan mal-adaptif
- Klien dapat melaksanakan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas
K. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Identifikasi perasaan cemas
- Bina hubungan saling percaya
- Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
- Monitor adakah kesesuaian perilaku dengan perasaan
- Validasi pasien tentang perasaan cemasnya semua perubahan dari asumsi yang ada
- Gunakan pertanyaan terbuka , kaitkan perilaku klien dengan perasaan klien
- Lakukan konfrontasi suportif secara bijaksana. (jika perlu)
- Bina hubungan saling percaya
- Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
- Monitor adakah kesesuaian perilaku dengan perasaan
- Validasi pasien tentang perasaan cemasnya semua perubahan dari asumsi yang ada
- Gunakan pertanyaan terbuka , kaitkan perilaku klien dengan perasaan klien
- Lakukan konfrontasi suportif secara bijaksana. (jika perlu)
2. Kenali penyebab kecemasan klien
- Bantu klien untuk menggambarkan situasi dan interaksi yang mendahului cemas
- Tinjau penilaian klien terhadap; stresor; nilai-nilai yang terancam; timbulnya konflik
- Hubungkan pengalaman klien sekarang dengan masa lalu
- Bantu klien untuk menggambarkan situasi dan interaksi yang mendahului cemas
- Tinjau penilaian klien terhadap; stresor; nilai-nilai yang terancam; timbulnya konflik
- Hubungkan pengalaman klien sekarang dengan masa lalu
3. Dorong klien untuk menguraikan cara
koping adaptif
- Gali bagaimana klien mengatasi cemas dimasa lalu dan bagaimana tindakan yang dilakukan
- Tunjukan efek distruktif dari koping mal-adaptif
- Dorong klien untuk melakukan koping adaptif yang efektif
- Beri tanggung jawab klien
- Bantu klien menilai kembali : nilai, sifat dan arti stressor
- Diskusikan dengan klien manfaat manfaat berhubungan dan akibat kita tidak berhubungan
- Gali bagaimana klien mengatasi cemas dimasa lalu dan bagaimana tindakan yang dilakukan
- Tunjukan efek distruktif dari koping mal-adaptif
- Dorong klien untuk melakukan koping adaptif yang efektif
- Beri tanggung jawab klien
- Bantu klien menilai kembali : nilai, sifat dan arti stressor
- Diskusikan dengan klien manfaat manfaat berhubungan dan akibat kita tidak berhubungan
4. Bantu klien melakukan 2 respon
adaptif untuk mengatasi cemas
- Bantu klien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali : pikiran positif; perilaku adaptif, penggunaan sumber-sumer koping, dan menguji respon koping yang baru
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas fisik dalam menyalurkan energi
- Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping/dukungan social
- Ajarkan latihan relaksasi untuk meningkatkan pengendalian diri, relevansi diri serta mengurangi stress.
- Bantu klien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali : pikiran positif; perilaku adaptif, penggunaan sumber-sumer koping, dan menguji respon koping yang baru
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas fisik dalam menyalurkan energi
- Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping/dukungan social
- Ajarkan latihan relaksasi untuk meningkatkan pengendalian diri, relevansi diri serta mengurangi stress.
L. Evaluasi
1. Evaluasi Subyektif
a) Klien merasa nyaman dalam menjalani perawatan
b) Klien secara bertahap dapat menerima dirinya
a) Klien merasa nyaman dalam menjalani perawatan
b) Klien secara bertahap dapat menerima dirinya
2. Evaluasi Objektif
a). Klien berubah perilakunya , tidak tampak ada gejala marah atau agresif
b). Klien dapat memulai percakapan
a). Klien berubah perilakunya , tidak tampak ada gejala marah atau agresif
b). Klien dapat memulai percakapan
M. Terapi Aktifitas Kelompok Yang Sesuai
dengan kasus
TAK ORIENTASI REALITA
Terapi
Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya untuk
mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain,
lingkungan/ tempat, dan waktu.
Klien
dengan gangguan jiwa sikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality
testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di
sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus
terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada
aktivitaas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas
di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan,
yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.
TUJUAN
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu
sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:
1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2. Klien mengenal waktu dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat.
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu
sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:
1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
2. Klien mengenal waktu dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat.
AKTIVITAS DAN
INDIKASI
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang,
tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas
adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya,
salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang,
tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas
adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya,
salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.
TAK ORIENTASI
(disorientasi) REALITAS
Sesi 1.:
Pengenalan Orang
Tujuan
1. Klien mampu mengenal nama-nama perawat.
2. Klien mampu mengenal nama-nama klien lain.
1. Klien mampu mengenal nama-nama perawat.
2. Klien mampu mengenal nama-nama klien lain.
Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. pan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
2. Spidol
3. Bola tennis
4. Tape rcorder
5. kaset "dangdut"
1. pan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
2. Spidol
3. Bola tennis
4. Tape rcorder
5. kaset "dangdut"
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
- memilih klien sesuai dengan indikasi
- membuat kontrak dengan klien
- mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
- memilih klien sesuai dengan indikasi
- membuat kontrak dengan klien
- mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1.
salam terapeutik : Salam dari terapis
kepada klien
2. evaluasi/ validasi :menanyakan perasan klien
saat ini.
3. Kontrak
a. terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal orang b. terapis
menjelaskan atuaran main berikut:
- jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 menit
-Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
- jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 menit
-Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
1. terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien
2. terapis meminta masing-masing
klien menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal
3. terapis meminta masing-masing klien
menuliskan nama panggilan di
depan papan nma yang dibagikan
depan papan nma yang dibagikan
4. terapis meminta masing-masing klien
memperkenalkan diri secara
berurutan, searah jarum jam dimulai dari terapis, meliputi
menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi
berurutan, searah jarum jam dimulai dari terapis, meliputi
menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi
5.
terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan
dinyalakan, saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu kien
ke klien lain. Saat musik dihentikan, klien yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi dari
klien yang lain (minimal nama panggilan)
dinyalakan, saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu kien
ke klien lain. Saat musik dihentikan, klien yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi dari
klien yang lain (minimal nama panggilan)
6.
Terapis memutar tape recorder dan menghentikan . saat musik
berhenti, klien klien yang sedang memegang bola tennis menyebutkan
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi klien yang lain.
berhenti, klien klien yang sedang memegang bola tennis menyebutkan
nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi klien yang lain.
7.
Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan giliran
8.
Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan
mengajak klien lain bertepuk tangan.
mengajak klien lain bertepuk tangan.
4. Tahap
terminasi
Evaluasi
- terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
- tindak lanjut terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai
dengan nama panggilan.
- kontrak yang akan datang
- terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
- tindak lanjut terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai
dengan nama panggilan.
- kontrak yang akan datang
Evaluasi dan
Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas orang, kemampuan klien yang
diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi
klien lain.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas orang, kemampuan klien yang
diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal, dan hobi
klien lain.