Birrul
Walidain merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak
kepada kedua orang tuanya, kebaikan
tersebut mencakup dzahiran wa batinan dan hal tersebut didorong oleh
nilai-nilai fitrah manusia. Wajibatul walid (kewajiban orang tua) ialah
orang tua berkewajiban mempersiapkan anak-anaknya agar berbakti kepadanya.
Sabda Rasulullah “Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk bisa
berbakti kepadanya”.
Keutamaan-keutaman dari Birrul Walidain
1.
Ahabul
‘amali illalahi ta’ala
(amal yang paling dicintai disisi Allah SWT)
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman
Abdillah Ibni Mas’ud ra “Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang
paling di cintai disisi Allah?” Rasulullah bersabda “ Shalat tepat pada
waktunya”. Kemudian aku tanya lagi “Apa lagi selain itu?” bersabda Rasulullah
“Berbakti kepada kedua orang tua” Aku tanya lagi “ Apa lagi ?”. Jawab
Rasulullah “ Jihad dijalan Allah”. Ini berarti diantara 2 amal yang paling
dicintai Shalat tepat waktu dan jihad fisabilillah tidak berarti jika durhaka
kepada orang tua. Ini dikisahkan bahwa Rasulullah pernah menolak salah seorang
sahabat untuk berjihad dijalan Allah karena belum mendapat ridha orang tua.
Akhirnya Rasulullah memperintahkan sahabat tsb untuk segera pulang memperbaiki
hubungan dengan kedua orang tuanya.
2.
Laisajaza
an min waladin ila walidih
(Bakti kepada orang tua bukanlah merupakan suatu balas budi)
Seseorang anak tidak akan dapat membalas
jasa kedua orang tua. Sebagaimana dalam hadist “Tidak akan dapat membalas
seorang anak kepada orang tuanya melainkan anak itu mendapatkan orang tuanya
sebagai hamba sahaya lalu dia membelinya kemudian memerdekakannya”.
3.
Al
ummu hiya ahaqu suhbah
(perioritas untuk mendapat perlakuan yang lebih dekat dari kedua orang tua
ialah ibu)
Dikisahkan seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah “Siapakah yang
lebih berhak diantara manusia yang paling harus aku perlakukan secara baik?”
menjawab Rasulullah “Ibumu” Bertanyalah lagi sahabat tsb “Siapalagi Ya
Rasulullah?” Menjawab Rasulullah “Ibumu”
Bertanyalah lagi sahabat tsb “Siapalagi Ya Rasulullah?” Jawab Rasulullah “Ibumu” Bertanyalah lagi sahabat tsb
“Siapalagi Ya Rasulullah?” Barulah
Rasulullah menjawab “Bapakmu”. Dalam Qs. 31:14 Allah memerintahkan kepada
manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, terutama pada ibunya yang
telah mengandung dan menyusuinya.
4.
Makruman
bi ibadatillah
(Berbakti kepada orang tua dibarengi dengan ibadah kepada Allah SWT)
Qs. Al Israa’ ayat 23 Allah memerintahkan untuk
beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang tua melarang perkataan
“ah” dan membentak kepada keduanya dan mengucapkan perkataan yang mulia. Ayat
ini mengartikan bahwa berbakti kepada orang tua sama wajibnya dengan ibadah
kepada Allah SWT.
Unsur-unsur Birrul Walidain
Seorang
anak ketika ingin berbakti kepada kedua orang tuanya harus bersikap atau
berakhlak yang terkait dengan unsur-unsur Birrul Walidain . Jika unsur-unsur
tsb tidak terpenuhi maka hukukul walidain (durhaka kepada orang tua).
Unsur-unsur Birrul Walidain yaitu:
1.
Al
muhaqodhotu alal kaul
Seorang anak hendaknnya menjaga dan memelihara
ucapannya dihadapan orang tua, terlebih bagi mereka yang sudah berusia lanjut
jangan sampai perkataan atau perbuatannya menyinggung perasaan mereka,
sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Qs.17 : 23.
2.
Khofdul
Jannah
Sikap bahasa tubuh
seorang anak tidak boleh membusungkan dada terhadap orang tua melainkan
merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan mereka
agar keduanya dikasihi Allah sebagaiman mereka mengasihinya waktu kecil. Hal
ini diperintahkan Allah SWT dalam Surat Al Israa’ ayat 24.
3.
Attoah
Almushahabah
Akhlaq seorang anak yang
taat dan kedekatan serta keakraban terhadap orang tua. Walaupun mungkin
ketidaktaatan seorang anak kepada orang tua karena permasalahan yang sangat syar’i
(prinsip) tetapi sikap mushahabah (keakraban) tetap harus dilakukan
karena itu merupakan hak orang tua, Allah menjelaskannya dalam Qs. 31:15.
4.
Sabatulbirri
ba’da wafatihima
Tetap berkewajiban berbakti kepada orang
tua setelah kedua meninggal dunia. Dalam surat An Anjm ayat 39-41 bahwa Allah
SWT memberikan kesempatan kepada orang tua yang meninggal dunia masih memiliki
simpanan amal kebaikan yang dapat diperoleh dari anak-anak yang sholeh dan
sholeha. Dalam suatu hadist dikisahkan bahwa suatu ketika datang seseorang
menghadap Rasulullah SAW kemudian berkata “Ya Rasulullah apakah masih ada
kesempatan untuk berbakti aku kepada orang tuaku setelah keduanya meninggal
dunia?” Rasulullah dengan tegas menjawab “Ya, masih ada”. Ada 5 hal yang harus
dijalankan setelah kepada seorang anak agar berbakti kepada orang tua yang
telah meninggal :
a. Asshalatu ‘alaihima (berdo’a untuk
keduanya)
b. Wal isthigfaru lahuma (memohonkan ampun
keduanya)
c. Wainfadzu ahdihima (melaksanakan
janji-janjinya)
d. Waiqramu shadiqihima (memuliakan
teman-teman keduanya)
e. Wasilaturrahimmisilati latu shallu illa bihima (silaturrahmi kepada orang-orang yang tidak ada hubungan
silaturahmi kecuali melalui wasilah kedua orang tua)
Kisah-kisah
Para Nabi & sahabat Rasulullah SAW dalam
mempraktekan Birrul Walidain
· Kisah Nabi Ibrahim As
Nabi Ibrahim As mempunyai
ayah yang bernama Azar yang aqidah-nya berseberangan dengan Nabi Ibrahim
As tetapi tetap menunjukan birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada
bapaknya. Dalam menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang mulia dan
ketika mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang lembut
sebagaimana dikisahkan Allah pada Qs. 19 : 41-45.
·
Kisah
Rasulullah SAW
Rasulullah SAW yang
telah ditinggal ayahnya Abdullah karena meninggal dunia saat Rasulullah masih
dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain ibunya mengajak
Rasulullah ketika berusia 6 tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan
perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh sakit
tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah itu
Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap yang
mulia kepada pamannya walaupun aqidah pamannya berbeda dengan Rasulullah. Dan
Rasulullah berbakti pula kepada bibinya yang bernama Sofiah binti Abdil
Mutthalib.
·
Kisah
Abu Bakar As Siddiq ra
Abu Bakar As Siddiq ra
adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut ditauladani dalam berbaktinya terhadap
orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang sangat udzur,
bukan hanya perkataan yang lemah lembut lagi mulia dan sikap yang baik
melainkan juga beliau dapat mengajak bapaknya yakni Abu Khuwafah untuk
beribadah kepada Allah SWT dan mengakui Islam sebagai pedoman hidupnya dan hal
ini dinanti oleh Abu Bakar dengan cukup lama. Allah berfirman dalam QS 14 : 40
– 41 ayat yang do’a agar anak, cucu dan seluruh anggota keluarganya menjadi
orang-orang yang muqiimas shalat (mendirikan shalat) dan diampuni
dosa-dosanya. Ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT
kepada kelurga Abu Bakar As Siddiq ra.
·
Kisah
Sa’ad Bin Abi Waqas ra
Sa’ad bin Abi Waqas ra
menerapkan bagaiman konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad memeluk agama
Islam, ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal
sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai
mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan makan dan
minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu ibunya “ Jangan
Kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan meninggalkan agama ini
walau apapun gantinya atau resikonya”. Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk
ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan
lemah lembut sampai suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok
makannya. Kisah ini juga merupakan asbabun nujul turunnya ayat Qs 31 : 15.
Ketika
seorang anak berbakti kepada orang tua merupakan suatu bakti yang tidak hanya
sekedar didunia tetapi juga di yaumil akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar