Ust.
DR. Hidayat Nurwahid
Salah satu pilar iman adalah beriman terhadap para
Rasul (QS 2:286). Ayat tersebut merupakan penegasan bahwa para rasul terdahulu
itu beriman kepada rasul-rasul sebelumnya. Para Rasul adalah utusan Allah yang
dipilih oleh-Nya dari tengah umat manusia, membawa ajaran yang benar, kemudian
Allah memunculkan kebenaran mereka agar manusia dapat melestarikan kebenaran
yang mereka bawa. Maka kita sebagai orang yang beriman pun memiliki kewajiban
untuk meyakini bahwa para rasul itu diutus oleh Allah SWT, membawa ajaran
kebenaran-Nya, dan kemudian mengikuti mereka. Terutama terhadap Nabi besar
Muhammad SAW, sebagai penutup para Nabi dan penyempurna ajaran nabi-nabi
sebelumnya.
Beriman
kepada Rasulullah SAW merupakan salah satu konsekuensi dari pemahaman
bersyahadah, yaitu Aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah Rasul Allah. Kesaksian kita akan jujur dan istiqomah jika
diwujudkan menjadi sikap:
· Membenarkan
dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW (QS 52:
2-4)
· Taat kepada
Rasulullah SAW (QS 4:59-60)
· Menjauhi
apapun yang dilarang dan tidak disukai Rasulullah SAW (QS
59:7)
· Tidak
beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang disyari’ahkan oleh Rasulullah
SAW. Sabda Nabi: “Tidak beriman diantara
kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang kubawa” (HR
Tirmidzi)
Kewajiban Terhadap Rasulullah SAW
Adapun
diantara kewajiban kepada Rasulullah SAW adalah sebagai
berikut:
1. Beriman
kepada Rasulullah SAW (QS 4:136/ 7:158)
Allah menegaskan perintah keimanan kepada Rasulullah SAW lewat ayat di atas. Perintah-perintah dalam al-Qur’an ¾ secara umum ¾ berarti suatu kewajiban. Mustahil kita dapat mengikuti Rasulullah SAW, jika tidak diawali dengan beriman kepadanya terlebih dahulu.
Allah menegaskan perintah keimanan kepada Rasulullah SAW lewat ayat di atas. Perintah-perintah dalam al-Qur’an ¾ secara umum ¾ berarti suatu kewajiban. Mustahil kita dapat mengikuti Rasulullah SAW, jika tidak diawali dengan beriman kepadanya terlebih dahulu.
2. Ketaatan
kepada Rasulullah SAW (QS 4: 80).
Ketaatan kepada Nabi akan membawa kepada sikap mau mengikuti beliau (ittiba’). Tidak ada ketaatan yang mutlak, kecuali dilakukan kepada manusia yang membawa kebenaran Allah SWT. Ketaatan kepada Rasulullah SAW pada hakikatnya merupakan ketaatan kepada Allah (QS 4:80). Manusia wajib taat kepada Allah, kemudian Allah menegaskan bahwa ketaatan kepada Rasul adalah sebagian dari ketaatan kepada-Nya. Maka ketaatan kepada Rasul, wajib juga untuk umat Islam dan memiliki makna yang mendalam.
Ketaatan kepada Nabi akan membawa kepada sikap mau mengikuti beliau (ittiba’). Tidak ada ketaatan yang mutlak, kecuali dilakukan kepada manusia yang membawa kebenaran Allah SWT. Ketaatan kepada Rasulullah SAW pada hakikatnya merupakan ketaatan kepada Allah (QS 4:80). Manusia wajib taat kepada Allah, kemudian Allah menegaskan bahwa ketaatan kepada Rasul adalah sebagian dari ketaatan kepada-Nya. Maka ketaatan kepada Rasul, wajib juga untuk umat Islam dan memiliki makna yang mendalam.
3. Mengikuti
Rasulullah SAW (QS 3:31).
Yang kita lakukan dalam konteks beribadah, bermu’amalah dan berakidah harus mengikuti Rasulullah SAW, sebagaimana telah dicontohkan oleh beliau. Para ulama membuat sebuah kaidah: hal-hal yang berkaitan dengan masalah ibadah dan akidah hukum dasarnya tidak boleh, kecuali apa yang dicontohkan Rasulullah SAW kecuali ada dalil yang mengatakan boleh. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan muamalah (hubungan sesama umat manusia) hukum dasarnya adalah boleh, kecuali bila ada dalil yang mengatakan tidak boleh. Ittiba’ ini merupakan bagian dari rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW. Mencintai Allah tak akan mungkin terjadi kecuali kita sungguh-sungguh mencintai Rasulullah SAW.
Yang kita lakukan dalam konteks beribadah, bermu’amalah dan berakidah harus mengikuti Rasulullah SAW, sebagaimana telah dicontohkan oleh beliau. Para ulama membuat sebuah kaidah: hal-hal yang berkaitan dengan masalah ibadah dan akidah hukum dasarnya tidak boleh, kecuali apa yang dicontohkan Rasulullah SAW kecuali ada dalil yang mengatakan boleh. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan muamalah (hubungan sesama umat manusia) hukum dasarnya adalah boleh, kecuali bila ada dalil yang mengatakan tidak boleh. Ittiba’ ini merupakan bagian dari rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW. Mencintai Allah tak akan mungkin terjadi kecuali kita sungguh-sungguh mencintai Rasulullah SAW.
4. Bersholawat
kepada Rasulullah SAW.
Bila nama beliau disebut, kita wajib menyampaikan sholawat untuknya. Hal ini salah satu syarat turunnya syafaat di hari kiamat kelak.
Bila nama beliau disebut, kita wajib menyampaikan sholawat untuknya. Hal ini salah satu syarat turunnya syafaat di hari kiamat kelak.
5. Memahami bahwa Rasulullah SAW adalah Nabi
penutup (QS 33:30).
Nabi adalah nabi terakhir, penutup para nabi. Tidak ada lagi nabi, rasul dan wahyu setelahnya. Umat Islam tidak perlu terjebak akan adanya klaim dari manusia yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang nabi. Jikapun ada, bisa dipastikan bahwa hal itu palsu, tidak perlu diikuti bahkan harus diingkari. Aqidah tentang khotmun nubuwwah (Muhammad nabi terakhir) akan membebaskan kita dari masalah teologis. Kita tidak perlu lagi mencari ajaran-ajaran kewahyuan di luar ajaran Nabi SAW.
Nabi adalah nabi terakhir, penutup para nabi. Tidak ada lagi nabi, rasul dan wahyu setelahnya. Umat Islam tidak perlu terjebak akan adanya klaim dari manusia yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang nabi. Jikapun ada, bisa dipastikan bahwa hal itu palsu, tidak perlu diikuti bahkan harus diingkari. Aqidah tentang khotmun nubuwwah (Muhammad nabi terakhir) akan membebaskan kita dari masalah teologis. Kita tidak perlu lagi mencari ajaran-ajaran kewahyuan di luar ajaran Nabi SAW.
6. Membela
Rasulullah SAW.
Sikap cinta perlu dibuktikan dengan pembelaan kepada Rasulullah SAW. Khususnya dari pihak yang ingin mendiskreditkan, memfitnah Rasulullah SAW. Pembelaan kepada beliau berarti juga pembelaan kepada kebenaran dan keberlangsungan ajaran Islam. Allah selalu membela Nabi, dengan menurunkan mu’zijat, memberikan kemampuan berdebat, bahkan dengan menurunkan para malaikat kepada beliau.
Beberapa kewajiban kita kepada Rasulullah SAW, dilakukan karena dalam diri beliau terdapat panutan (suri teladan) yang baik dengan pengharapan pertemuan dengan Allah dan keselamatan dari azab api neraka (QS 33:21). Rasulullah SAW adalah tokoh yang layak, berkaitan dengan masalah moralitas, ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, politik, perjuangan ekonomi, rumah tangga, bahkan peperangan. Melaksanakan kewajiban kepada Rasulullah SAW akan sempurna jika kita memahami karakteristik risalah yang dibawa beliau. Diantaranya adalah:
Sikap cinta perlu dibuktikan dengan pembelaan kepada Rasulullah SAW. Khususnya dari pihak yang ingin mendiskreditkan, memfitnah Rasulullah SAW. Pembelaan kepada beliau berarti juga pembelaan kepada kebenaran dan keberlangsungan ajaran Islam. Allah selalu membela Nabi, dengan menurunkan mu’zijat, memberikan kemampuan berdebat, bahkan dengan menurunkan para malaikat kepada beliau.
Beberapa kewajiban kita kepada Rasulullah SAW, dilakukan karena dalam diri beliau terdapat panutan (suri teladan) yang baik dengan pengharapan pertemuan dengan Allah dan keselamatan dari azab api neraka (QS 33:21). Rasulullah SAW adalah tokoh yang layak, berkaitan dengan masalah moralitas, ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, politik, perjuangan ekonomi, rumah tangga, bahkan peperangan. Melaksanakan kewajiban kepada Rasulullah SAW akan sempurna jika kita memahami karakteristik risalah yang dibawa beliau. Diantaranya adalah:
· Ajaran Nabi
Muhammad adalah penggabungan ajaran rasul-rasul sebelumnya.
Sehingga ajaran Nabi SAW adalah ajaran yang mensejarah dan berkaitan dengan kebenaran iman dan kebenaran syari’ah para nabi terdahulu (QS 2:136).
Sehingga ajaran Nabi SAW adalah ajaran yang mensejarah dan berkaitan dengan kebenaran iman dan kebenaran syari’ah para nabi terdahulu (QS 2:136).
· Ajaran
Muhammad bersifat universal (QS ).
Allah mengutus Rasulullah SAW untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Risalah Nabi SAW cocok untuk semua kelompok manusia dan semua zaman. Hal ini dimungkinkan karena ajaran Islam karena Islam memenuhi kebutuhan realitas kehidupan. Di dalam al-Qur'an ada dialog antara wahyu dengan umat manusia, antara Rasulullah SAW dengan Allah, antara Rasulullah SAW dengan kaumnya.
Allah mengutus Rasulullah SAW untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Risalah Nabi SAW cocok untuk semua kelompok manusia dan semua zaman. Hal ini dimungkinkan karena ajaran Islam karena Islam memenuhi kebutuhan realitas kehidupan. Di dalam al-Qur'an ada dialog antara wahyu dengan umat manusia, antara Rasulullah SAW dengan Allah, antara Rasulullah SAW dengan kaumnya.
· Ajaran Islam
mementingkan yang mudah bagi manusia, menghilangkan yang sulit.
Yang dimaksud dengan yang mudah bukan memudah-mudahkan. Melainkan kemudahan yang sesuai dengan fitrah manusia, yang sesuai denganr realisasi yang ma’ruf dan upaya untuk meninggalkan yang munkar.
Yang dimaksud dengan yang mudah bukan memudah-mudahkan. Melainkan kemudahan yang sesuai dengan fitrah manusia, yang sesuai denganr realisasi yang ma’ruf dan upaya untuk meninggalkan yang munkar.
Itulah
beberapa kewajiban yang dapat dilakukan terhadap para rasul, khususnya
Rasulullah SAW dan spesifikasi ajaran yang dibawa beliau. Sebagai bukti
konsekuensi ikrar syahadah kepada Rasulullah SAW. Kita berupaya semaksimal
mungkin untuk dapat melaksanakannya. Semoga Allah memberikan kemudahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar