assalaamu'alaykum wa rohmatullaah wa barokaatuh
Siang kemarin, ada sebuah ajakan dari seorang shohabat yang sedang berambisi meningkatkan pemahamannya dalam dunia ISLAM. Beliau mengajak ke salah satu rumah shohabat senior,
Abu Khonjar. Perjalanan ditempuh beberapa puluh menit, hingga di tengah
perjalanan ALLAH memanggil kehadiran jiwa dan raga kami untuk segera
menghadapNYA dengan berbagai dosa yang telah kami lakukan sebelumnya
untuk mengemis selaksa ampunan dari Sang Penguasa diri yang hina ini.
Abu Khonjar
mengajak kami untuk singgah sejenak ke salah satu pondok bermanhaj Salaf
untuk sholat 'Ashr di sana. Subhaanallaah, perjalanan baru beberapa
meter dari pintu masuk jalan, ana dikagetkan dengan dua sejoli ikhwan
dan akhwat yang telah mengikat cinta mereka di jalan Dakwah ini
berpapasan dengan kami. Sebagaimana biasa, ana memang punya sifat yang
entah dimiliki oleh semua orang atau tidak. Ana punya sifat gugup dan
cenderung salah tingkah jika berpapasan dengan akhwat. Perjalanan
berlanjut hingga sampai di Masjid lalu kami berwudhu dan sholat.
Sholat pun usai,
keluar dari masjid ana merasa begitu kagum dengan sesosok anak kecil
yang ana taksir baru berusia kira-kira 10-12 tahun. Subhaanallaah,
sungguh luar biasa anak ini, semoga pintu Jannah begitu lebar terbuka
dan ALLAH senantiasa menjaganya hingga kiamat tiba. Anak tersebut dengan
tanpa segan berlatih untuk mengenakan cadar (niqob). Hati ana pada
waktu itu begitu berdecak kagum dan begitu gembira akan hal itu. Semoga
ia selalu dijaga oleh ALLAH.
Tak jauh dari
situ, kami melanjutkan perjalanan ke rumah Abu Khonjar. Perjalanan
sekitar 7 menit kami tiba di rumah beliau. Sesampainya di sana kami di
sapa oleh anak-anak beliau yang begitu menggemaskan. Tak lupa ana cium
salah satu di antara mereka yang masih kecil dan terbesit dala benak ana
selaksa do'a “semoga ia menjadi seorang mujahid yang menyelamatkan
saudara ana di palestina, afghon dan di mana pun yang ditindas oleh kaum
kafir”.
Nuansa Islam di
keluarga beliau begitu Islami. Mulai dari beliau sendiri yang secara
zhohir menjalankan sunnah jenggot dan celana di atas mata kaki, lalu
istri beliau yang bercadar dan anak-anak laki-laki beliau yang memakai
celana di atas mata kaki pula. Terbesit rasa iri, seandainya keluarga
ana di kampung layaknya keluarga beliau. Teringat bagaimana beratnya
ketika awal memakai celana tidak isbal, dari mulai ibu ana yang
mengatakan ana teroris, lalu diancam dosen tidak boleh ujian hingga
dijemur di bawah teriknya mentari.
Keluarga Abu
Khonjar menjamu ana dengan shohib ana dengan begitu luar biasa, hanya
do'a “Jazakallaahu khoyr” kepada beliau atas jamuannya yang spesial bagi
ana.
Perjalanan
puun usai dan kami kembali ke rumah sekitar pukul 17.00 WIB. Perjalanan
singkat yang luar biasa memiliki kesan yang mendalam dalam benak ana.
Semoga kawan-kawan sekalian juga dapat memetik ibroh dari rihlah ana
ini.
Semoga bermanfa'at
assalaamu'alaykum wa rohmatullaah wa barokaatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar